Pemikiran Oswald Spengler : Biografi, Konsepsi Sejarah

FILSAFAT SEJARAH

Pemikiran Oswald Spengler

 


Nama Anggota Kelompok 6 :

Alvani maizal Asri (1306014)

Yolanda Oktavia (1302070)

Umi Sara(1302101)

 

 

 

Jurusan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial

Unoversitas Negeri Padang

2016


                                                                                                                        08 oktober 2016

FILSAFAT SEJARAH

(Pemikiran Oswald Spengler 1880-1936 )

1.      Pengantar

Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti pohon. Kata ini memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon” yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan berkesinambungan. Pendapat lain tentang sejarah dikemukakan oleh Hugiono dan Poerwantara bahwa dalam penulisan sejarah perlu dibedakan terlebih dahulu antara sejarah dalam kerangka ilmiah, dan sejarah dalam kerangka filosofis. Untuk  itu mencoba menguraikan sejarah dari segi filsafat sejarah yang  terfokus pada pemikiran teori gerak sejarah Oswald Spengler.

2.      Pembahasaan

A.    Biografi Oswald Spengler

Oswald Spengler lahir di Blankenburg (Harz) di Jerman Tengah pada tahun 1880, anak tertua dari empat anak, dan satu-satunya anak laki-laki. Ayahnya, yang semula teknisi pertambangan dan berasal dari garis panjang mineworkers, adalah seorang pejabat di pos Jerman birokrasi. Ketika ia berusia sepuluh tahun keluarganya pindah ke kota universitas Halle. Spengler menerima pendidikan Gymnasium (sekolah menengah yang berorientasi akademis) klasik, mempelajari bahasa Yunani, Latin, matematika dan ilmu alam. Di sini juga, ia mengembangkan afinitas untuk seni - khususnya puisi, drama, dan musik yang datang dibawah pengaruh ide-ide dari Goethe dan Nietzsche. Dia bahkan bereksperimen dengan beberapa karya artistik, beberapa yang masih bertahan hidup.

Pada umur 21 tahun , Spengler mempelajari bidang studi budaya klasik, matematika, dan ilmu-ilmu fisik. Ia gagal dalam ujian pertamanya, tetapi ia lulus di ujian kedua pada tahun 1904 dan kemudian ia menulis disertasi sekunder yang diperlukan untuk memenuhi syarat sebagai guru sekolah tinggi. Kemudian ia pindah ke Düsseldorf dan akhirnya Se Hamburg. Dia mengajar matematika, fisika, sejarah dan sastra jerman.

Dia menetap di Munich, di sana untuk menjalani kehidupan sarjana yang independen / filsuf. Dia mulai menulis sebuah buku pengamatan politik.  Awalnya berjudul Konservatif dan Liberal, itu direncanakan sebagai sebuah eksposisi dan penjelasan tentang trend saat ini di Eropa, yang mempercepat perlombaan senjata, Entente “pengepungan” di Jerman, sebuah suksesi krisis internasional, meningkatkan polaritas dari bangsa-bangsa – dan mana mereka memimpin.Namun pada akhir 1911 ia tiba-tiba tersentak oleh gagasan bahwa peristiwa hari hanya dapat ditafsirkan dalam “global” dan “total-budaya” istilah.

Oswald Spengler berpandangan bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan. Proses perputaran itu memakan waktu sekitar seribu tahun.Karya Oswald Spengler yang berpengaruh adalah Der Untergang des Abendlandes (Decline of the West) atau Keruntuhan Dunia Barat/Eropa. Spengler meramalkan keruntuhan Eropa. Ramalan itu didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam. Dalil Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya sama dengan kehidupan tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta. Persamaan itu berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari fatum. Fatum adalah hukum alam yang menjadi dasar segala hukum cosmos, setiap kejadian, setiap peristiwa akan terjadi lagi, terulang lagi.

 

Perang Besar 1914-1918 hanya membenarkan dalam pikirannya keabsahan tesis yang sudah dikembangkan. Pekerjaan yang direncanakannya terus meningkat dalam lingkup yang jauh melampaui batas aslinya. Pada tahun 1922 Spengler mengeluarkan edisi revisi jilid pertama yang berisi koreksi kecil dan revisi, dan tahun setelah melihat penampilan jilid kedua, dia kemudian puas dengan pekerjaan, dan semua tulisan-tulisan dan pernyataan-pernyataan.

Dengan memanfaatkan pendekatan physiogmatic, Spengler yakin akan kemampuannya untuk memecahkan teka-teki sejarah

 

B.     Konsepsi  Sejarah

Sejarah adalah suatu rangkaian unit sendirian yang lengkap yang dinamakannya Kebudayaan  -  Kebudayaan .Setiap kebudayaan mempunyai sifatnya sendiri yang khusus, masing-masing wujud demi menyatakan ini didalam setiap perincian kehidupan dan perkembangannya tetapi setiap satunya menyerupai yang lain dari segi kitaran hidup yang dipunyai seperti mutu organisma, Ia bermula dengan kebiadapan masyarakat primitif yang seterusnya membentuk organisasi politik, seni, sains dan sebaginya.

Dengan cara awal yang bersifat kuno kemudian berkembang menjadi zaman klasik , kemudian mulai membeku menuju keruntuhan dan akhirnya hancur dalam suatu kebiadaban yang baru di mana segalanya diperdagangkan, dipopulerkan dan diperingkatkan dan inilah berakhir sebuah kehidupan.[1]

C.     Konsepsi tentang manusia

Hukum itu tampak pada siklus:

No Alam Manusia Tumbuhan Hari Kebudayaan

1 Musim semi Masa pemuda Masa pertumbuhan Pagi Pertumbuhan

2 Musim panas Masa dewasa Masa berkembang Siang Perkambangam

3 Musim rontok Masa puncak Masa berbuah Sore Kejayaan

4 Musim dingin Masa tua Masa rontok Malam Keruntuhan

 D.    Konsep Gerak sejarah

Jiwa dari teori-teori sejarah beranggapan bahwa sejarah itu merupakan suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara evolusi atau perubahan secara alami. Dalam proses evolusi sejarah, peran manusia sangat menentukan sekali. Bahkan, manusia menjadi inti masalah dari gerak sejarah itu sendiri. Oleh karena manusia eksistensinya begitu kompleks, maka para sejarawan berbeda pendapat dalam menentukan gerak sejarah.Menurut Ankersmit, umumnya  terdapat  tiga hal yang  menjadi  kajian  filsafat   sejarah  spekulatif,  yaitu pola  gerak  sejarah,  motor  yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah.[2]

Karya Oswald Spengler yang berpengaruh adalah Der Untergang des Abendlandes (Decline of the West) atau Keruntuhan Dunia Barat/Eropa. Spengler meramalkan keruntuhan Eropa. Ramalan itu didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam yang disebut nasib, fatum atau dalam bahasa Jerman Schicksal. Dalil Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya sama dengan kehidupan tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta. Persamaan itu berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari fatum.[3]

Hukum itu tampak pada siklus:

No

Alam

Manusia

Tumbuhan

Hari

Kebudayaan

1

Musim semi

Masa pemuda

Masa pertumbuhan

Pagi

Pertumbuhan

2

Musim panas

Masa dewasa

Masa berkembang

Siang

Perkambangan

3

Musim rontok

Masa puncak

Masa berbuah

Sore

Kejayaan

4

Musim dingin

Masa tua

Masa rontok

Malam

Keruntuhan

 

Tiap-tiap masa pasti datang menurut waktunya, itulah keharusan alam yang mesti terjadi. Seperti halnya historical materialism, paham Spengler tentang kebudayaan pasti runtuh apabila sudah melewati puncak kebesarannya. Oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan dapat diramalkan terlebih dahulu menurut perhitungan. Suatu kebudayaan mendekati keruntuhan apabila kultur sudah menjadi Civilization (kebudayaan yang sudah tidak dapat tumbuh lagi). Apabila kultur sudah kehilangan jiwanya, maka daya cipta dan gerak sejarah akan membeku.

Gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan, membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Spengler menyelidiki kebudayaan Barat dan setelah membandingkan kebudayaan Barat dengan sejarah kebudayaan-kebudayaan yang sudah tenggelam, ia berkesimpulan:

a.       Kebudayaan Barat sampai pada masa tua (musim dingin), yaitu civilization

b.      Sesudah civilization itu kebudayaan Barat pasti akan runtuh

c.       Manusia Barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan itu

d.      Mempelajari sejarah tujuannya ialah untuk mengetahui suatu kebudayaan didiagnose seperti seorang dokter menentukan penyakit si penderita. Nasib kebudayaan dapat diramalkan, sehingga untuk seterusnya kebudayaan itu dapat menentukan sikap hidupnya[4]

 

E.     Mekanisme Sejarah

Tiap-tiap masa pasti datang menurut waktunya, itulah keharusan alam yang mesti terjadi. Seperti halnya historical materialism, paham Spengler tentang kebudayaan pasti runtuh apabila sudah melewati puncak kebesarannya. Oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan dapat diramalkan terlebih dahulu menurut perhitungan. Suatu kebudayaan mendekati keruntuhan apabila kultur sudah menjadi Civilization (kebudayaan yang sudah tidak dapat tumbuh lagi). Apabila kultur sudah kehilangan jiwanya, maka daya cipta dan gerak sejarah akan membeku.

 

F.      Tujuan dan makna Sejarah

Mempelajari sejarah tujuannya ialah untuk mengetahui suatu kebudayaan didiagnose seperti seorang dokter menentukan penyakit si penderita. Nasib kebudayaan dapat diramalkan, sehingga untuk seterusnya kebudayaan itu dapat menentukan sikap hidupnya.

 

3.      Penutup

Kesimpulan:

Gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan, membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Spengler menyelidikinkebudayaan Barat dan setelah membandingkan kebudayaan Barat dengan sejarah kebudayaan-kebudayaan yang sudah tenggelam, ia berkesimpilan:

a. kebudayaan Barat sampai pada masa tua (musim dingin), yaitu civilization

b. sesudah civilization itu kebudayaan Barat pasti akan runtuh

c. manusia Barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan itu

 

 

 

Daftar Bacaan

F.R.Ankersmit,1987Refleksi Tentang Sejarah “Pendapat – pendapat Modren tentang Filsafat  Sejarah (Jakarta : Gramedia

Moh.Ali.1963.Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia (LKIS)

R.G Colingwod ( Terj Muhd Yusuf Ibrahim) 1985.Idea Sejarah : Kualu lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajara Malaysia



[1] R.G Colingwod ( Terj Muhd Yusuf Ibrahim) 1985.Idea Sejarah : Kualu lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajara Malaysia . hal 223

[2] F.R.Ankersmit,1987Refleksi Tentang Sejarah “Pendapat – pendapat Modren tentang Filsafat  Sejarah (Jakarta : Gramedia

[3] Moh.Ali.1963.Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia (LKIS) hal 90

[4] Ibid  hal 91


Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKSPANSI KOLONIAL KELUAR JAWA (1850-1870)

makalah ilmu bebas nilai (filsafat ilmu)