negara kesatuan jerman dan italia


Negara kesatuan Jerman
Awal Sejarah Berdiri Negara Jerman
Jerman mempunyai sejarah kenegaraan yang panjang dan unik. Awalnya, Jerman berbentuk Persatuan Jerman. Pada 1871, Jerman berdiri, berbentuk Kekaisaran Jerman.
Masa prasejarah Jerman dianggap sebagai masa sebelum kedatangan bangsa Romawi yang kemudian menuliskan berbagai catatan mengenai wilayah itu. Catatan sejarah mengenai wilayah yang sekarang disebut Jerman dimulai sejak adanya laporan-laporan Romawi dan Yunani mengenai kaum biadab ("Barbar") yang mendiami bagian utara Pegunungan Alpen. Masa ini dapat disebut sebagai era protosejarah. Era sejarah dimulai sejak abad ke-5, biasa dinamakan Abad Pertengahan oleh sejarawan Eropa. Pada masa ini, panggung sejarah didominasi oleh suatu federasilonggar berbagai kaum feodal yang dikenal sebagai Kekaisaran Suci Romawi, yang membentang selama hampir 10 abad, dari abad ke-9 sampai tahun 1806. Pada masa kejayaannya, teritori kekaisaran ini mencakup wilayah modern Jerman, Austria, Slovenia, Ceko, Polandia Barat, Perancis timur, Swiss, dan Italiautara modern. Setelah pertengahan abad ke-16, ketika kehilangan banyak teritori bangsa non-Jerman, kekaisaran ini disebut sebagai "Kekaisaran Romawi Suci Bangsa Jerman".
Perang Napoleon mengubah alur sejarah, dari orientasi feodalisme menjadi negara militeristik, dengan terbentuknya Konfederasi Jerman tahun 1815–1866,Kekaisaran Jerman tahun 1871–1918, dan Republik Weimar tahun 1919–1933. Setelah pemerintahan Jerman Nazi Adolf Hitler tahun 1933–1945 yang membawa kehancuran bangsa ini dalam Perang Dunia II, muncullah Republik Federal Jerman (Jerman Barat) dan Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) sebagai simbol Perang Dingin, hingga Jerman bersatu kembali pada tahun 1990.
1.     PRUSIA
Prusia (bahasa Jerman: Preußen, bahasa latin: Borussia, Prussia atau Prutenia; bahasa Polandia Prusy; bahasa russia: Пруссия) adalah kerajaan Jerman dan negara bersejarah berasal dari Duchy of Prussia dan Margraviate of Brandenburg. Selama berabad-abad, House of Hohenzollern menguasai Prussia, dengan sukses meluaskan wilayahnya dengan pasukan yang teratur dan efektif. Prussia membentuk sejarah Jerman, dengan ibukotanya di Berlin setelah 1451. Setelah 1871, Prussia bersatu dengan Jerman, yang menyebabkannya kehilangan identitas khususnya. Hal itu dihapuskan dengan baik pada tahun 1932, dengan resmi pada tahun 1947. Prussia mencapai kepentingan terbesarnya pada abad ke 18 dan 19. Ketika abad 18, ia menjadi kekuatan Eropa terbesar dibawah pemerintahan Frederick the Great (1740 – 1786). Ketika abad 19, kanselir Otto von Bismarck menyatukan kerajaan Jerman menjadi “Jerman Bawah” terkecuali Kekaisaran Austria. Setelah 1810 Prussia mendominasi Jerman secara politik, secara ekonomis, dan dalam populasi, dan adalah inti dari kesatuan Konfederasi Jerman Selatan yang dibentuk pada tahun 1867, yang menjadi bagian dari Kekaisaran Jerman atau Deutsches Reich pada 1871.
Nama Prusia diambil dari Bahasa Prusia lama. Pada abad ke-12, "Prusia lama" di taklukan oleh Perajurit salib Jerman, Ksatria Teutonik. Pada tahun 1308, Kesatria Teuton menaklukan daerah yang dulunya milik orang Polanda yaitu Pomerelia bersama Gdańsk (Danzig). Negara kebiaraan para ksatria tersebut telah Dijermanisasi melalui imigrasi dari Jerman bagian Tengah dan Barat, di bagian selatan di Polandianisasi oleh pemukim dari Masovia. Setelah Perdamaian Thorn kedua pada tahun 1466, Prusia dipecah menjadi Kebangsawanan Prusia barat, proponsi dari Polandia dan bagian timur yang dari tahun 1525 dikenal sebagai Kadipaten Prusia, kubu dari Kemahkotaan Polandia hingga tahun 1657. Penyatuan Brandenburg dan Kadipaten Prusia pada tahun 1618 berujung pada proklamasi Kerajaan Prusia pada tahun 1701.
Prusia memasuki jajaran kekuatan besar tak lama setelah menjadi kerajaan, dan memberikan pengaruh paling besar pada abad ke-18 dan 19. Selama abad ke-18, Prusia memiliki suara yang signifikan dalam isu internasional dibawah pimpinan Friedrich Agung. Selama abad ke-19, Kanselir Otto von Bismarck menyatukan prinsipalita-prinsipalitas Jerman menjadi "Jerman kecil" tanpa mengikutsertakan Kekaisaran Austria.
Pada Kongres Wina, yang memetakan ulang Eropa setelah kekalahan Napoleon, Prusia mendapatkan bagian yang cukup besar di Barat Laut Jerman, termasuk daerah yang kaya akan batubara, Ruhr. Negara ini tumbuh dengan amat pesat dalam bidang ekonomi dan politik, menjadi inti dari Konfederasi Jerman Utara pada tahun 1867, dan nantinya Kekaisaran Jerman pada tahun 1871. Kerajaan Prusia sekarang amatlah besar di Jerman yang baru hingga identitas Jerman tergantikan/tersamarkan oleh identitas Prusia. Garis kebangsawanan Prusia berakhir pada tahun 1918. Pada masa Republik Weimar, Prusia kehilangan hampir seluruh kekuatan politik dan legal mereka pada tahun 1932. Elit Prusia lama memainkan peran pasif pada rezim Nazi; Prusia di hilangkan secara resmi pada tahun 1940-an. Prusia Timur kehilangan seluruh populasi Jerman-nya setelah tahun 1945, dan di serap oleh Polandia dan Uni Soviet.
Istilah "Orang Prusia" sering digunakan terutama di luar Jerman, untuk meguatkan kesan dari profesionalisme, agresifitas, militerisme dan konservatifisme dari para Junker yang merupakan bangsawan tuan tanah di Timur yang mendominasi Prusia dan nantinya Kekaisaran Jerman sebelum tahun 1918.
2.     Perang unifikasi Jerman
Lalu pada tahun 1862 raja Wilhem I dari Jerman mengangkat Otto von Bismarck menjadi Perdana Menteri. Bismarck bercita-cita ingin mempersatukan negara-negara Jerman yang kala itu terpecah belah menjadi sebuah negara kesatuan yang kuat. Bismarck memutuskan untuk mengalahkan kaum liberal dan konservatif untuk memperkuat supermasi Prusia dan pengaruh Prusia diatas negara-negara Jerman. Ada perdebatan seputar Bismarck untuk benar-benar berniat dari awal membuat sebuah negara Jerman bersatu ketika dia memulai masa baktinya, atau dia hanya mengambil kesempatan dari situasi yang ada. Memoar Bismarck tentunya menggambarkan seroang idealis yang patut dibanggakan, tetapi ditulis dengan kekurangan sudut pandang yang terlewatkan oleh sang penulisnya. Yang jelas, Bismark mendapatkan dukungan yang banyak dari penduduk Jerman yang mendambakan unifikasi. Dia akhirnya memimpin Prusia melalui tiga peperangan yang berujung pada kenaikan William menjadi Kaisar Jerman.
Sebenarnya bangsa Jerman berasal dari Skandinavia Selatan. Karena keadaan cuaca yang memburuk pada abad ke-2 SM, mereka terpaksa mengungsi ke selatan. Maka tibalah mereka di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Jerman. Di sana memang sebagian besar masih hutan belantara, namun demikian bukan berarti daerah itu tidak bisa didiami. Saat pertama kali masuk ke sana, bangsa Jerman bertemu dan bergabung dengan suku Celtis dan terdampar di perbatasan kerajaan Romawi. Karena sulitnya bahan pangan pada saat itu suku-suku tersebut sering menjarah makanan dari kota-kota jajahan Romawi.

Tak heran, kemarahan  sudah tentu tidak terhindarkan. Bangsa Romawi tentu tidak mengizinkan kaum bar-bar yang tidak berpendidikan ini memasuki kerajaan mereka seenaknya menjarah secara membabi buta. Untuk menahan serangan bangsa Jerman ke selatan ini, pada abad pertama atau kedua SM, mereka membangun Limes (sebuah benteng perbatasan yang melintang lebih dari 500 Km dan membelah Jerman pas di tengah-tengah). Limes ini memisahkan provinsi-provinsi taklukan Romawi dari wilayah-wilayah yang selanjutnya diduduki oleh suku-suku bangsa Jerman. Akan tetapi Jangan dikira bahwa perbatasan tersebut yang terjadi hanyalah perang melulu. Antara bangsa Jerman dan Romawi pun terjalin hubungan dagang.

Bukan hanya itu: Bangsa Jerman yang hidup di luar Limes, semakin lama semakin menyerap gaya hidup dan kebudayaan sang penakluk. Banyak yang mampu menjadi tentara Romawi dan bahkan naik pangkat.  Dengan keadaan ini, Apakah dengan itu bangsa Jerman menjadi penerus sejati Romawi? Sama sekali tidak. Contoh yang paling jelas adalah Raja Cherusk Arminus. Meskipun ia belajar di Roma, ia menjadi simbol perlawanan terhadap penguasa asing. Pada tahun 9, tentaranya mengalahkan tentara Romawi di bawah pimpinan Varus di Hutan Teutoburg.

Bagaimana kehidupan bangsa Jerman di luar Limes? Setiap suku bangsa memiliki kepala suku yang menguasai daerah bebas. Sejak saat itu semakin sering saja perampok keturunan Jerman menjarah kota-kota taklukan Romawi, bahkan kota Romawi tidak lagi aman dari jangkauan mereka. Tanggal 23 Agustus tahun 476 imperium dunia ini berakhir, kaisar terakhir Romulus Agustulus dijatuhkan oleh tentaranya sendiri. Kawasan yang dulunya dikuasai bangsawan Romawi, yakni sampai ke Spanyol dan Afrika Utara, Akhirnya Jatuh ke tangan bangsa Jerman.

Sementara itu, bangsa Jerman tidak terlalu paham bagaimana harus mengurus peninggalan budaya dan arsitektur Roma, mereka merasakan adanya daya tarik magis yang kuat dari agama musuh yang mereka taklukkan. Para misionaris akhirnya dapat mengkristenisasi bangsa Jerman dengan cara membuktikan kepada orang-orang Jerman tentang ketidakberdayaan dewa-dewa mereka. Di dekat Geismar ada pohon Eik yang konon sudah diberkati Dewa Donar, mereka menebang pohon itu lalu membangun gereja dari kayu pohon tersebut.

Pada zaman Fridrich der Groβe, bahasa Jerman tidak pernah digunakan di puri-puri kerajaan. Bahasa kaum terpandang adalah bahasa Perancis. Itu semua kini berubah drastis. Abad pencerahan membuat Jerman berkembang dalam hal budaya. Yang meletakkan dasar perubahan ini adalah sang Filusuf besar Gottfried Wilhelm Lebniz pada akhir abad ke-17. Namun baru pertengahan abad ke-18 bermunculan para filosuf dan sastrawan Jerman klasik.

Masa keemasan bidang kebudayaan pada tahun-tahun tersebut diwarnai dengan guncangan dalam bidang politik : “Revolusi Perancis” tanhun 14 Juli 1789. Di Negara-negara Jerman pun hampir semua raja memiliki kekuasaan absolut dan mereka menatap cemas. Apakah kepala mereka juga akan dipenggal seperti yang terjadi di Negara tetangga mereka di Perancis.

Di Perancis, seorang bangsawan kecil dari Korsika yang dalam revolusi Perancis pertama kali muncul sebagai seorang jendral dan pada tanggal 2 Desember 1804 menobatkan diri sebagai “Kaisar Perancis” yaitu Napoleon Bonaparte. Napoleon sendiri tidak merasa puas hanya dengan perancis, impiannya tentu adalah seluruh Eropa. Para raja Jerman tidak memberikan perlawanan yang cukup berarti. Seluruh Jerman pun takluk dan para raja Jerman terpaksa menjadi sekutunya. Kaisar Austria bahkan harus menyerahkan puterinya untuk dijadikan istri Napoleon Bonaparte. Kerajaan Jerman (Prusia) yang sangat berkuasa dan dipimpin Fridrich Wilhelm III tunduk dalam sebuah perjanjian di Tilsit.
Reformasi ala Napoleon di Jerman dan di seluruh Eropa sebenarnya memiliki sisi positif pula; yaitu, dengan kekuatan senjatanya Napoleon membuat banyak kemajuan, baik reformasi hukum, reformasi dibidang keuangan, hak kebebasan berusaha, emansipasi kaum yahudi, kebijakan plotik dan sosial, sedangkan dunia pendidikan direformasi secara mendasar oleh Wilhelm von Humbolt.

Negara Prusia (Jerman) yang kembali gesit berkat para reformator sekarang mampu memberikan perlawanan yang berarti terhadap penguasa Perancis (Napoleon Bonaparte). Raja menyerukan kepada rakyatnya untuk membebaskan diri dari pendudukan perancis. Hasilnya banyak para relawan, bahkan para mahasiswa angkat senjata. Orang-orang kaya Prusia juga ikut menyumbangkan perhiasan emas mereka untuk perang kemerdekaan ini. Dalam perang rakyat di Lepzig tanggal 16-19 Oktober 1813, Napoleon Bonaparte menderita kekalahan telak dan melarikan diri ke Perancis. Negara Jerman pun kembali bebas dari cengkraman Prancis.

Revolusi Perancis meninggalkan kesan yang kuat terhadap seluruh bangsa di Eropa. Di Negara-negara lain juga timbul kebangkitan, seperti : di Belgia, di Spanyol, di Swiss, di Polandia, dan tidak ketinggalan di Jerman. Tanggal 27 Mei 1832 sekitar 30.000 mahasiswa, pengerajin, warga dan petani berbondong-bondong menuju istana Hambach di Pfalz sambil mengacung-acungkan bendera Hitam-Merah-Emas. Mereka menuntut kebebasan politik dan penghapusan negeri-negeri kecil untuk dilebur menjadi Negara yang lebih besar. Raja-raja Jerman pun menjadi panik. Kerusuhanpun melanda Jerman. Di Berlin dan kota-kota lainnya para pemberontak berjuang melawan tentara. Raja Fridrich Wilhelm IV bahkan harus mengheningkan cipta untuk pejuang revolusi yang gugur dan menyematkan lencana Hitam-Merah-Emas kea rah bajunya (warna kebebasan).
Ketika terjadi revolusi tahun 1848, dua orang Jerman menerbitkan sebuah buku di Inggris. Dua Jerman ini adalah Karl Max dan Fridrich Engels, dan buku mereka yaitu “Manifesto Komunis”. Dari tulisan mereka tercipta ideologi baru, yaitu: Komunisme. Seruan mereka “Kaum proletar di seluruh dunia bersatulah!” menggema di seluruh benua.  Saat itu pula di Jerman terjadi revolusi sosial.
Dengan adanya revolusi sosial, bermunculan banyak pabrik di Jerman. Sebagaimana dalam banyak hal, industrialisasi mempunyai dua sisi: sisi pertama adalah kondisi kerja yang sangat buruk, sedangkan sisi kedua adalah Jerman menjadi bangsa industri yang membangkitkan kekuatan yang tidak terduga.

Dalam dunia politik, Prusia dan Austria bertengkar memperebutkan supremasi di Federasi Jerman, akan tetapi karena goncangan politik, Austria tidak lagi menjadi bagian darinya dan menjadi kekaisaran sendiri dengan Wina sebagai pusatnya. 
Pangeran Leopold von Hohenzollem, masih kerabat raja Prusia ingin menjadi raja Spanyol. Prancis sama sekali tidak rela calon raja untuk negeri tetangga bagian selatannya adalah pangeran dari Jerman. Ini lah pemicu terjadinya perang Jerman-Perancis tahun 1870-1871. Pada tanggal 18 Januari 1871 tentara Perancis pun dapat dikalahkan oleh Wilhelm I  dan Kanselir Federal Jerman Utara Otto von Bismarck dan memaksa Kaisar Napoleon III turun takhta. Sejak kekalahan Perancis tahun 1871, perancis selalu ingin dan berusaha keras untuk melakukan balas dendam.

3.     Perang Dunia I (1914-1918)
Perang meletus karena meledaknya tong mesiu di Balkan. Tanggal 28 Juni 1914 Putera Mahkota Austria, Franz Ferdinad dibunuh oleh seorang mahasiswa asal Serbia di Sarajevo. Pemerintah Jerman mendukung Austria untuk berperang melawan Serbia, di lain pihak Serbia didukung oleh Rusia. Maka meletuslah perang besar-besaran dimana Balkan sendiri tidak begitu berperan. Rakyat dari negara-negara yang terlibat perang maju ke medan perang dngan gagah berani, dan para serdadu dimana-mana disambut dengan sorak sorai kemeriahan, diantaranya terdapat seniman, kaum intelektual, mahasiswa, dan professor.

Pasca-perang keadaan negara Jerman sangat memprihatinkan. Rakyat jatuh miskin, sengsara, dan menderita kekurangan. Tidak ada pekerjaan untuk mereka, tidak ada roti dan pada saat itu tidak ada masa depan. Sementara itu sang kaisar sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas penderitaan rakyat telah pergi meninggalkan Jerman untuk selamanya. Karena kebangkrutan yang payah Wilhelm II pergi ke Belanda, di mana pada tahun 1941 (ditengah berkecamuknya PD II, ia meninggal dunia, nyaris tanpa perhatian dunia).


4.     Jerman Menjadi Republik
Presiden pertama “Republik Weimar”, nama yang diambil berdasarkan tempat sidang pertama Majelis Nasional adalah Fridrich Ebert. Guncangan demi guncangan terjadi pada saat Fridrich Ebert menjabat sebagai presiden pertama Repiblik Weimar, dari pemberontakan dan percobaan kudeta oleh politikus konservatif Wolfgang Kapp dan Jendral Walter von Lüttwitz, serta inflasi yang mencapai tingkatan di luar nalar. Pada bulan Oktober 1923 nilai tukar satu dolar lebih dari 25 milyar Deutsche Mark. Banyak orang yang sebelum perang punya sedikit tabungan harus menghadapi kenyataan, di mana buku tabungan mereka tidak lebih hanya sekedar kertas biasa. Saat itulah ada seorang yang berfikir, kini tibalah saat yang dinanti: Adolf Hitler.
Pada tahun 1932 jumlah pengangguran di Jerman mencapai lebih dari 6 juta jiwa. Dalam parlemen Jerman terdapat lebih dari 10 wakil partai diantaranya Partai Nazi dan Partai Komunis. Antara Partai Nazi dengan Partai Komunis terdapat pertentangan yang sangat kuat, jalanan sudah dikuasai mereka yang bersuara paling keras yaitu Partai Nazi dan Partai Komunis yang sering bentrok berdarah bahkan dengan polisi. Kedua partai ini menguasai kelompok bersenjata militan, yang tidak takut menghadapi pembunuhan dan pembantaian. Tidak heran, pada satu hari di bulan Juli 1932 di Hamburg, 18 orang terbunuh dalam sebuah bentrokan antara Nazi dan Komunis.
Tanggal 30 Januari 1933 Adolf Hitler mewujudkan ambisinya. Presiden Jerman yang sudah uzur “Paul von Hindenburg” yang dalam perang dunia pertama sangat disegani sebagai panglima perang mengangkatnya sebagai kanselir atas tekanan Partai Nazi. Dalam waktu singkat Adolf Hitler berhasil menyingkirkan seluruh lawan politiknya. Tepat tanggal 24 Maret 1933 parlemen mengeluarkan peraturan tentang pelimpahan kekuasaan yang berimbas melemahnya kewenangan parlemen. Dalam peraturan itu tercantum bahwa pemerintah berwenang untuk mengeluarkan undang-undang yang berlaku selama 4 tahun ke depan tanpa harus mendapatkan persetujuan dari parlemen. Sejak saat itu, Republik Weimar benar-benar hancur. Kekuatan baru pun muncul, yaitu: Kekuatan Nazi dengan pemimpin (Führer) baru:  Adolf Hitler.

Negara kesatuan italia
Italia (  pelafalan yang disarankan (bantuan•info)), resminya Republik Italia (bahasa Italia: Repubblica italiana[catatan 1]), adalah sebuah negara kesatuan yang berbentuk republik dengan corak parlementer di Eropa Selatan. Italia berbatasan dengan Perancis, Swiss, Austria, dan Slovenia di sepanjang Pegunungan Alpen di utara. Selain Semenanjung Italia, negara ini juga meliputi Sisilia dan Sardinia (dua pulau terbesar di Laut Tengah), beserta banyak pulau lain yang lebih kecil di selatan. Kawasan pesisir negara ini berhadapan dengan Laut Liguria, Laut Tirenia, Laut Ionia, dan Laut Adriatik yang kesemuanya berhubungan langsung dengan Laut Tengah. Negara merdeka San Marino dan Vatikan adalah enklave di Italia, sedangkan Campione d'Italia adalah eksklave Italia di Swiss. Wilayah Italia meliputi kira-kira 301.338 km persegi dan dipengaruhi oleh iklim sedang. Dengan populasi sejumlah 60,8 juta jiwa, Italia merupakan negara berpenduduk terbanyak kelima di Eropa, dan terbanyak ke-23 di dunia.
Roma, ibu kota Italia, selama berabad-abad lamanya telah menjadi pusat politik dan keagamaan Barat, yakni sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi dan situs Tahta Suci. Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, Italia terus-menerus diserang oleh bangsa-bangsa asing, dari orang-orang Jermanik seperti Langobardi dan Ostrogoth, sampai Bizantium dan Norman, di samping yang lainnya. Berabad-abad kemudian, Italia menjadi tempat kelahiran republik-republik maritim dan Renaisans.[1], yakni gerakan intelektual yang penting dalam membentuk pemikiran bangsa Eropa. Pada abad ke-15, seiring meluasnya Renaisans, lagi-lagi Italia menjadi pusat budaya Dunia Barat, tetapi setelah beberapa kali terjadi Perang Italia pada abad ke-16, Italia menjadi di bawah dominasi kuasa asing, yaitu Perancis, Spanyol, dan Austria.
Pada sebagian besar sejarah pasca-Romawi, Italia terpecah-pecah menjadi beberapa kota dan negara regional (seperti Republik Venesia, Kerajaan Sardinia, Kadipaten Milan dan negara-negara kepausan). Setelah Il Risorgimento, yakni serangkaian kerusuhan atau disebut pula perang kemerdekaan untuk mencapai unifikasi pada tahun 1861[2]  ., diproklamasikanlah Kerajaan Italia yang hanya bertahan sampai tahun 1946, kemudian diikuti oleh 20 tahun fasisme yang berakhir seiring kekalahan pada Perang Dunia II, Italia kemudian berubah menjadi republik setelah referendum konstitusi. Pada akhir abad ke-19, selama Perang Dunia I sampai Perang Dunia II, Italia memiliki sebuah kekaisaran kolonial.[3]
Sebelum abad ke-5, seluruh Semenanjung Italia berada di bawah kekuasaan Keiasaran Romawi Barat. Menyusul kehancuran negara kekaisaran raksasa tersebut, Semenanjung Italia pun dipenuhi oleh negara-negara kecil yang diperintah oleh para bangsawan & tuan tanah setempat. Salah satu dari negara tersebut adalah Negara Paus (Papal State) yang beribukota di Roma, Italia bagian tengah. Dalam perkembangannya, tidak jarang terjadi konflik antara sesama negara yang mendiami Semenanjung Italia.
Terpecah-pecahnya kondisi Semenanjung Italia memudahkan bangsa-bangsa asing untuk menancapkan pengaruhnya di kawasan tersebut. Akhir abad ke-18, Prancis yang saat itu dikuasai oleh Napoleon menaklukkan wilayah Italia utara & mendirikan negara boneka di sana. Menyusul kekalahan Prancis yang diikuti dengan tumbangnya rezim Napoleon di tahun 1815, negara-negara Italia utara (Sardinia, Venezia, Lombardy, Parma, Modena, & Tuscany) mendapatkan kembali kemerdekaannya. Namun selain Sardinia, negara-negara tadi harus tunduk pada Kekaisaran Austria, rival dari Perancis sekaligus negara adidaya Eropa saat itu.
Rasa tidak suka karena harus berada di bawah bayang-bayang bangsa lain lantas membuat semakin banyak orang Italia yang menginginkan pendirian negara sendiri yang mencakup seluruh kawasan semenanjung. Maka sejak permulaan abad ke-19, munculah organisasi rahasia bernama Carbonari yang memiliki impian untuk mendirikan negara Italia & membendung kawasan semenanjung dari pengaruh asing. Ketika Carbonari tumbuh semakin besar, pemerintah Austria pun mulai menaruh perhatian lebih terhadap organisasi tersebut & lantas menetapkan mereka sebagai kelompok terlarang.
Secara garis besar, Carbonari terbagi menjadi 2 golongan utama : golongan republikan & golongan konervatif. Golongan republikan adalah golongan yang menginginkan pendirian negara Italia bersatu sebagai republik. Tokoh-tokoh penting dari golongan ini adalah Giussepe Mazzini & Giussepe Garibaldi. Golongan konservatif atau tradisional di lain pihak menginginkan pendirian negara Italia bersatu sebagai kerajaan. Pendukung utama gagasan ini adalah para bangsawan setempat di mana salah satu tokoh terpentingnya adalah Pangeran Camillo di Cavour.
Batu sandungan bagi para pemimpi negara Italia bersatu bukan hanya datang dari pihak Austria yang memiliki pengaruh kuat atas wilayah Italia utara. Di Italia tengah, ada Negara Paus yang khawatir kalau hilangnya Negara Paus akibat pendirian negara Italia bersatu nantinya akan mengancam nasib para penganut Katolik di semenanjung. Sementara di Italia selatan, ada Kerajaan Dua Sisilia (Due Sicilie) yang saat itu merupakan negara terbesar di Semenanjung Italia.
Tahun 1858 - 1859, muncul gelombang pemberontakan oleh kelompok liberal & republikan di Palermo, Napoli (Dua Sisilia), Roma (Negara Paus), Milan (Lombardy), & Venezia. Awalnya pemberontak di masing-masing wilayah berhasil memaksa para penguasa setempat untuk membuat undang-undang pemerintahan yang baru sesuai keinginan mereka. Namun, revolusi untuk mengubah sistem pemerintahan negara-negara semenanjung tersebut tidak bertahan lama setelah mereka digempur & dieksekusi massal oleh pasukan Austria di Italia utara, pasukan Perancis di Negara Paus, & pasukan Dua Sisilia di Italia selatan.
Para pemberontak sendiri sebenarnya bukan tanpa bantuan pihak luar sepenuhnya. Kerajaan Sardinia yang berlokasi di Italia barat & memiliki kedekatan dengan Perancis menyatakan perang kepada Austria dengan dalih membantu rakyat Lombardy & Venezia. Sardinia berharap kalau mereka menang, mereka bisa memperluas wilayah mereka sekaligus menguasai seluruh semenanjung. Namun, keinginan Sardinia urung terwujud setelah pasukan mereka berhasil dikalahkan oleh pasukan Austria. Walaupun kalah, Kerajaan Sardinia & kelompok republikan masih belum sepenuhnya menyerah & mencoba mewujudkan kembali cita-cita mereka beberapa tahun kemudian.
Italia pada masa abad pertengahan
Setelah runtuhnya Roma, Italia ditaklukkan oleh suku Jermanik (Ostrogoth), tetapi pada abad ke-6 Kaisar Romawi Timur/Bizantium (Yustinianus) menaklukkannya. Serbuan suku Jermanik lainnya (yakni orang Langobardi) pada akhir abad yang sama mempersempit keujudan Bizantium menjadi hanya satu jalur daratan Ravenna dan Roma, ditambah daratan-daratan lainnya di selatan Italia, menghancurkan kesatuan semenanjung Italia sampai tahun 1870.
Para penguasa Langobardi di utara dan tengah Italia diserap ke dalam Kerajaan Franka oleh Charlemagne pada akhir abad ke-8. Raja-raja Franka juga membantu pembentukan negara-negara kepausan di Italia tengah, terbentang dari Roma sampai Ravenna, meskipun selama sebagian besar Abad Pertengahan Kepausan secara efektif hanya mengendalikan Latium. Keberadaan negara teokratis ini terentang selama berabad-abad penyatuan semenanjung. Sampai abad ke-13, politik Italia didominasi oleh hubungan antara para Kaisar Romawi Suci Jerman dan para paus, dengan sebagian besar kota-kota di Italia berpihak kepada yang terdahulu (Ghibellini) atau kepada (Guelfi) demi kenyamanan sesaat.
Pada masa kekosongan kekuasaan ini Italia menyaksikan munculnya lembaga yang tak-lazim, komune abad pertengahan. Dalam kondisi-kondisi anarkis yang seringkali berlaku di berbagai negara-kota di Italia pada abad pertengahan, masyarakat menata mereka sendiri untuk merestorasi ketertiban dan melucuti para elite yang saling bermusuhan. Pada abad ke-12, sebuah liga komune, Liga Langobardi, menaklukkan kaisar Jerman, Frederick Barbarossa, dan menjadi titik awal bagi proses pemberian kemerdekaan yang efektif bagi sebagian besar kota di Italia bagian utara dan tengah. Meskipun adanya kehancuran yang disebabkan oleh berbagai peperangan, Italia masih terpelihara, khususnya di bagian utara dan tengah, suatu peradaban perkotaan yang lebih maju.
Pada periode yang sama, Italia menyaksikan munculnya beberapa republik maritim, yang paling terkenal adalah Republik Venesia, Republik Genoa, Republik Pisa, dan Republik Amalfi. Terlibat dalam beberapa Perang Salib, mereka mengambil keuntungan dalam hal peluang dagang dan politik. Venesia dan Genoa segera setelah itu menjadi gerbang utama Eropa untuk berdagang dengan Dunia Timur, mendirikan koloni-koloni hingga sejauh Laut Hitam dan seringkali mengontrol sebagian besar perdagangan dengan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) dan Dunia Islam Timur Tengah. Daerah Savoy memperluas wilayahnya sampai semenanjung pada Abad Pertengahan Akhir, sementara Firenze berkembang menjadi sebuah negara-kota perdagangan dan keuangan yang sangat terorganisasi, dan menjadi ibu kota Eropa untuk komoditas sutera, wol, perbankan, dan perhiasan.
Di selatan, Sisilia Bizantium menjadi emirat Islam pada abad ke-9, yang berkembang sampai orang Norman-Italia menaklukkannya pada akhir abad ke-11 beserta sebagian besar negara Langobardi dan Bizantium di Italia bagian selatan. Melalui serangkaian peristiwa yang kompleks, Italia bagian selatan berkembang sebagai sebuah kerajaan yang bersatu, pertama di bawah Wangsa Hohenstaufen, kemudian di bawah Wangsa Kapetia Anjou dan, dari abad ke-15, Wangsa Aragon (meskipun Sisilia adalah sebuah kerajaan orang Aragon yang terpisah sejak akhir abad ke-13 sampai abad ke-15). Di Sardinia, bekas provinsi-provinsi Bizantium menjadi negara-negara merdeka yang dikenali sebagai giudicati (wilayah para hakim), meskipun sebagian besar pulau ini berada di bawah kendali orang Genoa dan orang Pisa hingga orang Aragon menaklukkannya pada abad ke-15.


[1] "Italy: Birthplace of the Renaisssance". European Rennaisance and Reformation. Township of Washington, NJ: Immaculate Heart Academy. Diakses 20-12-2009
[2]  "Penyatuan Italia". Library.thinkquest.org. 4 April 2003. Diakses 19 November 2009
[3] "Kekaisaran Kolonial Italia". All Empires. Diakses 17 June 2012. "Pada puncaknya, segera setelah Perang Dunia II, Kekaisaran Italia meliputi daerah-daerah yang kini menjadi Italia, Albania, Pulau Rodos, Dodecanese, Libya, Ethiopia, Eritrea, 2/3 wilayah Somalia, dan konsesi kecil Tianjin di Cina."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKSPANSI KOLONIAL KELUAR JAWA (1850-1870)

makalah ilmu bebas nilai (filsafat ilmu)