negara kesatuan jerman dan italia
Negara kesatuan Jerman
Awal Sejarah Berdiri Negara
Jerman
Jerman
mempunyai sejarah
kenegaraan yang panjang dan unik. Awalnya, Jerman berbentuk Persatuan
Jerman. Pada 1871, Jerman berdiri, berbentuk Kekaisaran Jerman.
Masa prasejarah Jerman dianggap sebagai masa sebelum kedatangan bangsa Romawi yang kemudian menuliskan berbagai catatan mengenai wilayah itu. Catatan sejarah mengenai wilayah yang sekarang disebut Jerman dimulai sejak adanya laporan-laporan Romawi dan Yunani mengenai kaum biadab ("Barbar") yang mendiami bagian utara Pegunungan Alpen. Masa ini dapat disebut sebagai era protosejarah. Era sejarah dimulai sejak abad ke-5, biasa dinamakan Abad Pertengahan oleh sejarawan Eropa. Pada masa ini, panggung sejarah didominasi oleh suatu federasilonggar berbagai kaum feodal yang dikenal sebagai Kekaisaran Suci Romawi, yang membentang selama hampir 10 abad, dari abad ke-9 sampai tahun 1806. Pada masa kejayaannya, teritori kekaisaran ini mencakup wilayah modern Jerman, Austria, Slovenia, Ceko, Polandia Barat, Perancis timur, Swiss, dan Italiautara modern. Setelah pertengahan abad ke-16, ketika kehilangan banyak teritori bangsa non-Jerman, kekaisaran ini disebut sebagai "Kekaisaran Romawi Suci Bangsa Jerman".
Masa prasejarah Jerman dianggap sebagai masa sebelum kedatangan bangsa Romawi yang kemudian menuliskan berbagai catatan mengenai wilayah itu. Catatan sejarah mengenai wilayah yang sekarang disebut Jerman dimulai sejak adanya laporan-laporan Romawi dan Yunani mengenai kaum biadab ("Barbar") yang mendiami bagian utara Pegunungan Alpen. Masa ini dapat disebut sebagai era protosejarah. Era sejarah dimulai sejak abad ke-5, biasa dinamakan Abad Pertengahan oleh sejarawan Eropa. Pada masa ini, panggung sejarah didominasi oleh suatu federasilonggar berbagai kaum feodal yang dikenal sebagai Kekaisaran Suci Romawi, yang membentang selama hampir 10 abad, dari abad ke-9 sampai tahun 1806. Pada masa kejayaannya, teritori kekaisaran ini mencakup wilayah modern Jerman, Austria, Slovenia, Ceko, Polandia Barat, Perancis timur, Swiss, dan Italiautara modern. Setelah pertengahan abad ke-16, ketika kehilangan banyak teritori bangsa non-Jerman, kekaisaran ini disebut sebagai "Kekaisaran Romawi Suci Bangsa Jerman".
Perang
Napoleon mengubah alur sejarah, dari orientasi feodalisme menjadi negara
militeristik, dengan terbentuknya Konfederasi Jerman tahun 1815–1866,Kekaisaran
Jerman tahun 1871–1918, dan Republik Weimar tahun 1919–1933. Setelah
pemerintahan Jerman Nazi Adolf Hitler tahun 1933–1945 yang membawa kehancuran
bangsa ini dalam Perang Dunia II, muncullah Republik Federal Jerman (Jerman
Barat) dan Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) sebagai simbol Perang
Dingin, hingga Jerman bersatu kembali pada tahun 1990.
1. PRUSIA
Prusia
(bahasa Jerman:
Preußen, bahasa latin: Borussia, Prussia
atau Prutenia; bahasa Polandia Prusy; bahasa russia: Пруссия)
adalah kerajaan Jerman dan negara bersejarah berasal dari Duchy of Prussia dan
Margraviate of Brandenburg. Selama berabad-abad, House of Hohenzollern
menguasai Prussia, dengan sukses meluaskan wilayahnya dengan pasukan yang
teratur dan efektif. Prussia membentuk sejarah Jerman, dengan ibukotanya di
Berlin setelah 1451. Setelah 1871, Prussia bersatu dengan Jerman, yang
menyebabkannya kehilangan identitas khususnya. Hal itu dihapuskan dengan baik
pada tahun 1932, dengan resmi pada tahun 1947. Prussia mencapai kepentingan
terbesarnya pada abad ke 18 dan 19. Ketika abad 18, ia menjadi kekuatan Eropa terbesar
dibawah pemerintahan Frederick the Great (1740 – 1786). Ketika abad 19,
kanselir Otto von Bismarck menyatukan kerajaan Jerman menjadi “Jerman Bawah”
terkecuali Kekaisaran Austria. Setelah 1810 Prussia mendominasi Jerman secara
politik, secara ekonomis, dan dalam populasi, dan adalah inti dari kesatuan
Konfederasi Jerman Selatan yang dibentuk pada tahun 1867, yang menjadi bagian
dari Kekaisaran Jerman atau Deutsches Reich pada 1871.
Nama Prusia
diambil dari Bahasa Prusia lama. Pada
abad ke-12, "Prusia lama" di taklukan oleh Perajurit salib Jerman, Ksatria
Teutonik. Pada tahun 1308, Kesatria Teuton menaklukan daerah yang
dulunya milik orang Polanda yaitu Pomerelia bersama Gdańsk
(Danzig). Negara kebiaraan para
ksatria tersebut telah Dijermanisasi melalui imigrasi dari Jerman bagian Tengah
dan Barat, di bagian selatan di Polandianisasi oleh
pemukim dari Masovia. Setelah Perdamaian
Thorn kedua pada tahun 1466, Prusia dipecah menjadi Kebangsawanan Prusia
barat, proponsi dari Polandia dan bagian timur yang dari tahun 1525 dikenal
sebagai Kadipaten Prusia, kubu dari Kemahkotaan Polandia
hingga tahun 1657. Penyatuan Brandenburg dan Kadipaten
Prusia pada tahun 1618 berujung pada proklamasi Kerajaan
Prusia pada tahun 1701.
Prusia
memasuki jajaran kekuatan besar tak lama setelah menjadi
kerajaan, dan memberikan pengaruh paling besar pada abad ke-18 dan 19. Selama
abad ke-18, Prusia memiliki suara yang signifikan dalam isu internasional
dibawah pimpinan Friedrich Agung. Selama abad ke-19, Kanselir
Otto von Bismarck menyatukan
prinsipalita-prinsipalitas Jerman menjadi "Jerman kecil" tanpa
mengikutsertakan Kekaisaran Austria.
Pada Kongres
Wina, yang memetakan ulang Eropa setelah kekalahan Napoleon, Prusia mendapatkan
bagian yang cukup besar di Barat Laut Jerman, termasuk daerah yang kaya akan
batubara, Ruhr. Negara ini tumbuh dengan amat pesat dalam bidang ekonomi dan
politik, menjadi inti dari Konfederasi Jerman Utara pada tahun 1867,
dan nantinya Kekaisaran Jerman pada tahun 1871. Kerajaan
Prusia sekarang amatlah besar di Jerman yang baru hingga identitas Jerman
tergantikan/tersamarkan oleh identitas Prusia. Garis kebangsawanan Prusia
berakhir pada tahun 1918. Pada masa Republik Weimar, Prusia kehilangan hampir
seluruh kekuatan politik dan legal mereka pada tahun 1932. Elit Prusia lama
memainkan peran pasif pada rezim Nazi; Prusia di hilangkan secara resmi pada
tahun 1940-an. Prusia Timur kehilangan seluruh populasi Jerman-nya setelah
tahun 1945, dan di serap oleh Polandia dan Uni Soviet.
Istilah
"Orang Prusia" sering digunakan terutama di luar Jerman, untuk
meguatkan kesan dari profesionalisme, agresifitas, militerisme dan
konservatifisme dari para Junker yang merupakan
bangsawan tuan tanah di Timur yang mendominasi Prusia dan nantinya Kekaisaran
Jerman sebelum tahun 1918.
2.
Perang unifikasi Jerman
Lalu pada
tahun 1862
raja Wilhem I dari Jerman
mengangkat Otto von Bismarck menjadi Perdana
Menteri. Bismarck bercita-cita ingin mempersatukan negara-negara Jerman yang
kala itu terpecah belah menjadi sebuah negara kesatuan yang kuat. Bismarck
memutuskan untuk mengalahkan kaum liberal dan konservatif untuk memperkuat
supermasi Prusia dan pengaruh Prusia diatas negara-negara Jerman. Ada
perdebatan seputar Bismarck untuk benar-benar berniat dari awal membuat sebuah
negara Jerman bersatu ketika dia memulai masa baktinya, atau dia hanya
mengambil kesempatan dari situasi yang ada. Memoar Bismarck tentunya
menggambarkan seroang idealis yang patut dibanggakan, tetapi ditulis dengan
kekurangan sudut pandang yang terlewatkan oleh sang penulisnya. Yang jelas,
Bismark mendapatkan dukungan yang banyak dari penduduk Jerman yang mendambakan
unifikasi. Dia akhirnya memimpin Prusia melalui tiga peperangan yang berujung pada
kenaikan William menjadi Kaisar Jerman.
Sebenarnya bangsa Jerman berasal
dari Skandinavia Selatan. Karena keadaan cuaca yang memburuk pada abad ke-2 SM,
mereka terpaksa mengungsi ke selatan. Maka tibalah mereka di wilayah yang
sekarang dikenal sebagai Jerman. Di sana memang sebagian besar masih hutan
belantara, namun demikian bukan berarti daerah itu tidak bisa didiami. Saat
pertama kali masuk ke sana, bangsa Jerman bertemu dan bergabung dengan suku
Celtis dan terdampar di perbatasan kerajaan Romawi. Karena sulitnya bahan
pangan pada saat itu suku-suku tersebut sering menjarah makanan dari kota-kota
jajahan Romawi.
Tak heran, kemarahan sudah tentu
tidak terhindarkan. Bangsa Romawi tentu tidak mengizinkan kaum bar-bar yang
tidak berpendidikan ini memasuki kerajaan mereka seenaknya menjarah secara
membabi buta. Untuk menahan serangan bangsa Jerman ke selatan ini, pada abad
pertama atau kedua SM, mereka membangun Limes (sebuah benteng perbatasan yang
melintang lebih dari 500 Km dan membelah Jerman pas di tengah-tengah). Limes
ini memisahkan provinsi-provinsi taklukan Romawi dari wilayah-wilayah yang
selanjutnya diduduki oleh suku-suku bangsa Jerman. Akan tetapi Jangan dikira
bahwa perbatasan tersebut yang terjadi hanyalah perang melulu. Antara bangsa
Jerman dan Romawi pun terjalin hubungan dagang.
Bukan hanya itu: Bangsa Jerman yang
hidup di luar Limes, semakin lama semakin menyerap gaya hidup dan kebudayaan
sang penakluk. Banyak yang mampu menjadi tentara Romawi dan bahkan naik pangkat.
Dengan keadaan ini, Apakah dengan itu bangsa Jerman menjadi penerus
sejati Romawi? Sama sekali tidak. Contoh yang paling jelas adalah Raja Cherusk
Arminus. Meskipun ia belajar di Roma, ia menjadi simbol perlawanan terhadap
penguasa asing. Pada tahun 9, tentaranya mengalahkan tentara Romawi di bawah
pimpinan Varus di Hutan Teutoburg.
Bagaimana kehidupan bangsa Jerman di
luar Limes? Setiap suku bangsa memiliki kepala suku yang menguasai daerah
bebas. Sejak saat itu semakin sering saja perampok keturunan Jerman menjarah
kota-kota taklukan Romawi, bahkan kota Romawi tidak lagi aman dari jangkauan
mereka. Tanggal 23 Agustus tahun 476 imperium dunia ini berakhir, kaisar
terakhir Romulus Agustulus dijatuhkan oleh tentaranya sendiri. Kawasan yang
dulunya dikuasai bangsawan Romawi, yakni sampai ke Spanyol dan Afrika Utara,
Akhirnya Jatuh ke tangan bangsa Jerman.
Sementara itu, bangsa Jerman tidak
terlalu paham bagaimana harus mengurus peninggalan budaya dan arsitektur Roma,
mereka merasakan adanya daya tarik magis yang kuat dari agama musuh yang mereka
taklukkan. Para misionaris akhirnya dapat mengkristenisasi bangsa Jerman dengan
cara membuktikan kepada orang-orang Jerman tentang ketidakberdayaan dewa-dewa
mereka. Di dekat Geismar ada pohon Eik yang konon sudah diberkati Dewa Donar,
mereka menebang pohon itu lalu membangun gereja dari kayu pohon tersebut.
Pada zaman Fridrich der Groβe,
bahasa Jerman tidak pernah digunakan di puri-puri kerajaan. Bahasa kaum
terpandang adalah bahasa Perancis. Itu semua kini berubah drastis. Abad
pencerahan membuat Jerman berkembang dalam hal budaya. Yang meletakkan dasar
perubahan ini adalah sang Filusuf besar Gottfried Wilhelm Lebniz pada akhir
abad ke-17. Namun baru pertengahan abad ke-18 bermunculan para filosuf dan
sastrawan Jerman klasik.
Masa keemasan bidang kebudayaan pada
tahun-tahun tersebut diwarnai dengan guncangan dalam bidang politik : “Revolusi
Perancis” tanhun 14 Juli 1789. Di Negara-negara Jerman pun hampir semua raja
memiliki kekuasaan absolut dan mereka menatap cemas. Apakah kepala mereka juga
akan dipenggal seperti yang terjadi di Negara tetangga mereka di Perancis.
Di Perancis, seorang bangsawan kecil
dari Korsika yang dalam revolusi Perancis pertama kali muncul sebagai seorang
jendral dan pada tanggal 2 Desember 1804 menobatkan diri sebagai “Kaisar
Perancis” yaitu Napoleon Bonaparte. Napoleon sendiri tidak merasa puas hanya
dengan perancis, impiannya tentu adalah seluruh Eropa. Para raja Jerman tidak
memberikan perlawanan yang cukup berarti. Seluruh Jerman pun takluk dan para
raja Jerman terpaksa menjadi sekutunya. Kaisar Austria bahkan harus menyerahkan
puterinya untuk dijadikan istri Napoleon Bonaparte. Kerajaan Jerman (Prusia)
yang sangat berkuasa dan dipimpin Fridrich Wilhelm III tunduk dalam sebuah
perjanjian di Tilsit.
Reformasi ala Napoleon di Jerman dan
di seluruh Eropa sebenarnya memiliki sisi positif pula; yaitu, dengan kekuatan
senjatanya Napoleon membuat banyak kemajuan, baik reformasi hukum, reformasi
dibidang keuangan, hak kebebasan berusaha, emansipasi kaum yahudi, kebijakan
plotik dan sosial, sedangkan dunia pendidikan direformasi secara mendasar oleh
Wilhelm von Humbolt.
Negara Prusia (Jerman) yang kembali
gesit berkat para reformator sekarang mampu memberikan perlawanan yang berarti
terhadap penguasa Perancis (Napoleon Bonaparte). Raja menyerukan kepada
rakyatnya untuk membebaskan diri dari pendudukan perancis. Hasilnya banyak para
relawan, bahkan para mahasiswa angkat senjata. Orang-orang kaya Prusia juga
ikut menyumbangkan perhiasan emas mereka untuk perang kemerdekaan ini. Dalam perang
rakyat di Lepzig tanggal 16-19 Oktober 1813, Napoleon Bonaparte menderita
kekalahan telak dan melarikan diri ke Perancis. Negara Jerman pun kembali bebas
dari cengkraman Prancis.
Revolusi Perancis meninggalkan kesan
yang kuat terhadap seluruh bangsa di Eropa. Di Negara-negara lain juga timbul
kebangkitan, seperti : di Belgia, di Spanyol, di Swiss, di Polandia, dan tidak
ketinggalan di Jerman. Tanggal 27 Mei 1832 sekitar 30.000 mahasiswa,
pengerajin, warga dan petani berbondong-bondong menuju istana Hambach di Pfalz
sambil mengacung-acungkan bendera Hitam-Merah-Emas. Mereka menuntut kebebasan
politik dan penghapusan negeri-negeri kecil untuk dilebur menjadi Negara yang
lebih besar. Raja-raja Jerman pun menjadi panik. Kerusuhanpun melanda Jerman.
Di Berlin dan kota-kota lainnya para pemberontak berjuang melawan tentara. Raja
Fridrich Wilhelm IV bahkan harus mengheningkan cipta untuk pejuang revolusi
yang gugur dan menyematkan lencana Hitam-Merah-Emas kea rah bajunya (warna
kebebasan).
Ketika terjadi revolusi tahun 1848,
dua orang Jerman menerbitkan sebuah buku di Inggris. Dua Jerman ini adalah Karl
Max dan Fridrich Engels, dan buku mereka yaitu “Manifesto Komunis”. Dari
tulisan mereka tercipta ideologi baru, yaitu: Komunisme. Seruan mereka “Kaum
proletar di seluruh dunia bersatulah!” menggema di seluruh benua. Saat
itu pula di Jerman terjadi revolusi sosial.
Dengan adanya revolusi sosial,
bermunculan banyak pabrik di Jerman. Sebagaimana dalam banyak hal,
industrialisasi mempunyai dua sisi: sisi pertama adalah kondisi kerja yang
sangat buruk, sedangkan sisi kedua adalah Jerman menjadi bangsa industri yang
membangkitkan kekuatan yang tidak terduga.
Dalam dunia politik, Prusia dan
Austria bertengkar memperebutkan supremasi di Federasi Jerman, akan tetapi karena
goncangan politik, Austria tidak lagi menjadi bagian darinya dan menjadi
kekaisaran sendiri dengan Wina sebagai pusatnya.
Pangeran Leopold von Hohenzollem, masih kerabat raja
Prusia ingin menjadi raja Spanyol. Prancis sama sekali tidak rela calon raja
untuk negeri tetangga bagian selatannya adalah pangeran dari Jerman. Ini lah
pemicu terjadinya perang Jerman-Perancis tahun 1870-1871. Pada tanggal 18
Januari 1871 tentara Perancis pun dapat dikalahkan oleh Wilhelm I dan
Kanselir Federal Jerman Utara Otto von Bismarck dan memaksa Kaisar Napoleon III
turun takhta. Sejak kekalahan Perancis tahun 1871, perancis selalu ingin dan
berusaha keras untuk melakukan balas dendam.
3.
Perang Dunia I (1914-1918)
Perang meletus karena meledaknya
tong mesiu di Balkan. Tanggal 28 Juni 1914 Putera Mahkota Austria, Franz
Ferdinad dibunuh oleh seorang mahasiswa asal Serbia di Sarajevo. Pemerintah
Jerman mendukung Austria untuk berperang melawan Serbia, di lain pihak Serbia
didukung oleh Rusia. Maka meletuslah perang besar-besaran dimana Balkan sendiri
tidak begitu berperan. Rakyat dari negara-negara yang terlibat perang maju ke
medan perang dngan gagah berani, dan para serdadu dimana-mana disambut dengan
sorak sorai kemeriahan, diantaranya terdapat seniman, kaum intelektual, mahasiswa,
dan professor.
Pasca-perang keadaan negara Jerman
sangat memprihatinkan. Rakyat jatuh miskin, sengsara, dan menderita kekurangan.
Tidak ada pekerjaan untuk mereka, tidak ada roti dan pada saat itu tidak ada
masa depan. Sementara itu sang kaisar sebagai pihak yang paling bertanggung
jawab atas penderitaan rakyat telah pergi meninggalkan Jerman untuk selamanya.
Karena kebangkrutan yang payah Wilhelm II pergi ke Belanda, di mana pada tahun
1941 (ditengah berkecamuknya PD II, ia meninggal dunia, nyaris tanpa perhatian
dunia).
4.
Jerman Menjadi Republik
Presiden pertama “Republik Weimar”,
nama yang diambil berdasarkan tempat sidang pertama Majelis Nasional adalah
Fridrich Ebert. Guncangan demi guncangan terjadi pada saat Fridrich Ebert
menjabat sebagai presiden pertama Repiblik Weimar, dari pemberontakan dan
percobaan kudeta oleh politikus konservatif Wolfgang Kapp dan Jendral Walter
von Lüttwitz, serta inflasi yang mencapai tingkatan di luar nalar. Pada bulan
Oktober 1923 nilai tukar satu dolar lebih dari 25 milyar Deutsche Mark. Banyak
orang yang sebelum perang punya sedikit tabungan harus menghadapi kenyataan, di
mana buku tabungan mereka tidak lebih hanya sekedar kertas biasa. Saat itulah
ada seorang yang berfikir, kini tibalah saat yang dinanti: Adolf Hitler.
Pada tahun 1932 jumlah pengangguran
di Jerman mencapai lebih dari 6 juta jiwa. Dalam parlemen Jerman terdapat lebih
dari 10 wakil partai diantaranya Partai Nazi dan Partai Komunis. Antara Partai
Nazi dengan Partai Komunis terdapat pertentangan yang sangat kuat, jalanan
sudah dikuasai mereka yang bersuara paling keras yaitu Partai Nazi dan Partai
Komunis yang sering bentrok berdarah bahkan dengan polisi. Kedua partai ini
menguasai kelompok bersenjata militan, yang tidak takut menghadapi pembunuhan
dan pembantaian. Tidak heran, pada satu hari di bulan Juli 1932 di Hamburg, 18
orang terbunuh dalam sebuah bentrokan antara Nazi dan Komunis.
Tanggal 30 Januari 1933 Adolf Hitler mewujudkan
ambisinya. Presiden Jerman yang sudah uzur “Paul von Hindenburg” yang dalam
perang dunia pertama sangat disegani sebagai panglima perang mengangkatnya
sebagai kanselir atas tekanan Partai Nazi. Dalam waktu singkat Adolf Hitler
berhasil menyingkirkan seluruh lawan politiknya. Tepat tanggal 24 Maret 1933
parlemen mengeluarkan peraturan tentang pelimpahan kekuasaan yang berimbas
melemahnya kewenangan parlemen. Dalam peraturan itu tercantum bahwa pemerintah
berwenang untuk mengeluarkan undang-undang yang berlaku selama 4 tahun ke depan
tanpa harus mendapatkan persetujuan dari parlemen. Sejak saat itu, Republik
Weimar benar-benar hancur. Kekuatan baru pun muncul, yaitu: Kekuatan Nazi
dengan pemimpin (Führer) baru: Adolf Hitler.
Negara kesatuan italia
Italia
( pelafalan yang disarankan
(bantuan•info)), resminya Republik Italia (bahasa Italia: Repubblica
italiana[catatan 1]), adalah sebuah negara kesatuan yang berbentuk republik
dengan corak parlementer di Eropa Selatan. Italia berbatasan dengan Perancis,
Swiss, Austria, dan Slovenia di sepanjang Pegunungan Alpen di utara. Selain Semenanjung
Italia, negara ini juga meliputi Sisilia dan Sardinia (dua pulau terbesar di
Laut Tengah), beserta banyak pulau lain yang lebih kecil di selatan. Kawasan
pesisir negara ini berhadapan dengan Laut Liguria, Laut Tirenia, Laut Ionia,
dan Laut Adriatik yang kesemuanya berhubungan langsung dengan Laut Tengah.
Negara merdeka San Marino dan Vatikan adalah enklave di Italia, sedangkan
Campione d'Italia adalah eksklave Italia di Swiss. Wilayah Italia meliputi
kira-kira 301.338 km persegi dan dipengaruhi oleh iklim sedang. Dengan populasi
sejumlah 60,8 juta jiwa, Italia merupakan negara berpenduduk terbanyak kelima
di Eropa, dan terbanyak ke-23 di dunia.
Roma,
ibu kota Italia, selama berabad-abad lamanya telah menjadi pusat politik dan
keagamaan Barat, yakni sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi dan situs Tahta Suci.
Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, Italia terus-menerus diserang oleh
bangsa-bangsa asing, dari orang-orang Jermanik seperti Langobardi dan
Ostrogoth, sampai Bizantium dan Norman, di samping yang lainnya. Berabad-abad
kemudian, Italia menjadi tempat kelahiran republik-republik maritim dan
Renaisans.[1],
yakni gerakan intelektual yang penting dalam membentuk pemikiran bangsa Eropa.
Pada abad ke-15, seiring meluasnya Renaisans, lagi-lagi Italia menjadi pusat
budaya Dunia Barat, tetapi setelah beberapa kali terjadi Perang Italia pada
abad ke-16, Italia menjadi di bawah dominasi kuasa asing, yaitu Perancis,
Spanyol, dan Austria.
Pada
sebagian besar sejarah pasca-Romawi, Italia terpecah-pecah menjadi beberapa
kota dan negara regional (seperti Republik Venesia, Kerajaan Sardinia,
Kadipaten Milan dan negara-negara kepausan). Setelah Il Risorgimento, yakni
serangkaian kerusuhan atau disebut pula perang kemerdekaan untuk mencapai
unifikasi pada tahun 1861[2] .,
diproklamasikanlah Kerajaan Italia yang hanya bertahan sampai tahun 1946,
kemudian diikuti oleh 20 tahun fasisme yang berakhir seiring kekalahan pada
Perang Dunia II, Italia kemudian berubah menjadi republik setelah referendum
konstitusi. Pada akhir abad ke-19, selama Perang Dunia I sampai Perang Dunia
II, Italia memiliki sebuah kekaisaran kolonial.[3]
Sebelum
abad ke-5, seluruh Semenanjung Italia berada di bawah kekuasaan Keiasaran
Romawi Barat. Menyusul kehancuran negara kekaisaran raksasa tersebut,
Semenanjung Italia pun dipenuhi oleh negara-negara kecil yang diperintah oleh
para bangsawan & tuan tanah setempat. Salah satu dari negara tersebut
adalah Negara Paus (Papal State) yang beribukota di Roma, Italia bagian tengah.
Dalam perkembangannya, tidak jarang terjadi konflik antara sesama negara yang
mendiami Semenanjung Italia.
Terpecah-pecahnya
kondisi Semenanjung Italia memudahkan bangsa-bangsa asing untuk menancapkan pengaruhnya
di kawasan tersebut. Akhir abad ke-18, Prancis yang saat itu dikuasai oleh
Napoleon menaklukkan wilayah Italia utara & mendirikan negara boneka di
sana. Menyusul kekalahan Prancis yang diikuti dengan tumbangnya rezim Napoleon
di tahun 1815, negara-negara Italia utara (Sardinia, Venezia, Lombardy, Parma,
Modena, & Tuscany) mendapatkan kembali kemerdekaannya. Namun selain
Sardinia, negara-negara tadi harus tunduk pada Kekaisaran Austria, rival dari
Perancis sekaligus negara adidaya Eropa saat itu.
Rasa
tidak suka karena harus berada di bawah bayang-bayang bangsa lain lantas
membuat semakin banyak orang Italia yang menginginkan pendirian negara sendiri
yang mencakup seluruh kawasan semenanjung. Maka sejak permulaan abad ke-19,
munculah organisasi rahasia bernama Carbonari yang memiliki impian untuk
mendirikan negara Italia & membendung kawasan semenanjung dari pengaruh
asing. Ketika Carbonari tumbuh semakin besar, pemerintah Austria pun mulai
menaruh perhatian lebih terhadap organisasi tersebut & lantas menetapkan
mereka sebagai kelompok terlarang.
Secara
garis besar, Carbonari terbagi menjadi 2 golongan utama : golongan republikan
& golongan konervatif. Golongan republikan adalah golongan yang
menginginkan pendirian negara Italia bersatu sebagai republik. Tokoh-tokoh
penting dari golongan ini adalah Giussepe Mazzini & Giussepe Garibaldi.
Golongan konservatif atau tradisional di lain pihak menginginkan pendirian
negara Italia bersatu sebagai kerajaan. Pendukung utama gagasan ini adalah para
bangsawan setempat di mana salah satu tokoh terpentingnya adalah Pangeran
Camillo di Cavour.
Batu
sandungan bagi para pemimpi negara Italia bersatu bukan hanya datang dari pihak
Austria yang memiliki pengaruh kuat atas wilayah Italia utara. Di Italia
tengah, ada Negara Paus yang khawatir kalau hilangnya Negara Paus akibat
pendirian negara Italia bersatu nantinya akan mengancam nasib para penganut
Katolik di semenanjung. Sementara di Italia selatan, ada Kerajaan Dua Sisilia
(Due Sicilie) yang saat itu merupakan negara terbesar di Semenanjung Italia.
Tahun
1858 - 1859, muncul gelombang pemberontakan oleh kelompok liberal &
republikan di Palermo, Napoli (Dua Sisilia), Roma (Negara Paus), Milan (Lombardy),
& Venezia. Awalnya pemberontak di masing-masing wilayah berhasil memaksa
para penguasa setempat untuk membuat undang-undang pemerintahan yang baru
sesuai keinginan mereka. Namun, revolusi untuk mengubah sistem pemerintahan
negara-negara semenanjung tersebut tidak bertahan lama setelah mereka digempur
& dieksekusi massal oleh pasukan Austria di Italia utara, pasukan Perancis
di Negara Paus, & pasukan Dua Sisilia di Italia selatan.
Para
pemberontak sendiri sebenarnya bukan tanpa bantuan pihak luar sepenuhnya.
Kerajaan Sardinia yang berlokasi di Italia barat & memiliki kedekatan
dengan Perancis menyatakan perang kepada Austria dengan dalih membantu rakyat
Lombardy & Venezia. Sardinia berharap kalau mereka menang, mereka bisa
memperluas wilayah mereka sekaligus menguasai seluruh semenanjung. Namun,
keinginan Sardinia urung terwujud setelah pasukan mereka berhasil dikalahkan
oleh pasukan Austria. Walaupun kalah, Kerajaan Sardinia & kelompok
republikan masih belum sepenuhnya menyerah & mencoba mewujudkan kembali
cita-cita mereka beberapa tahun kemudian.
Italia pada masa abad
pertengahan
Setelah
runtuhnya Roma, Italia ditaklukkan oleh suku Jermanik (Ostrogoth), tetapi pada
abad ke-6 Kaisar Romawi Timur/Bizantium (Yustinianus) menaklukkannya. Serbuan
suku Jermanik lainnya (yakni orang Langobardi) pada akhir abad yang sama
mempersempit keujudan Bizantium menjadi hanya satu jalur daratan Ravenna dan
Roma, ditambah daratan-daratan lainnya di selatan Italia, menghancurkan
kesatuan semenanjung Italia sampai tahun 1870.
Para
penguasa Langobardi di utara dan tengah Italia diserap ke dalam Kerajaan Franka
oleh Charlemagne pada akhir abad ke-8. Raja-raja Franka juga membantu
pembentukan negara-negara kepausan di Italia tengah, terbentang dari Roma
sampai Ravenna, meskipun selama sebagian besar Abad Pertengahan Kepausan secara
efektif hanya mengendalikan Latium. Keberadaan negara teokratis ini terentang
selama berabad-abad penyatuan semenanjung. Sampai abad ke-13, politik Italia
didominasi oleh hubungan antara para Kaisar Romawi Suci Jerman dan para paus,
dengan sebagian besar kota-kota di Italia berpihak kepada yang terdahulu
(Ghibellini) atau kepada (Guelfi) demi kenyamanan sesaat.
Pada
masa kekosongan kekuasaan ini Italia menyaksikan munculnya lembaga yang
tak-lazim, komune abad pertengahan. Dalam kondisi-kondisi anarkis yang
seringkali berlaku di berbagai negara-kota di Italia pada abad pertengahan,
masyarakat menata mereka sendiri untuk merestorasi ketertiban dan melucuti para
elite yang saling bermusuhan. Pada abad ke-12, sebuah liga komune, Liga
Langobardi, menaklukkan kaisar Jerman, Frederick Barbarossa, dan menjadi titik
awal bagi proses pemberian kemerdekaan yang efektif bagi sebagian besar kota di
Italia bagian utara dan tengah. Meskipun adanya kehancuran yang disebabkan oleh
berbagai peperangan, Italia masih terpelihara, khususnya di bagian utara dan
tengah, suatu peradaban perkotaan yang lebih maju.
Pada
periode yang sama, Italia menyaksikan munculnya beberapa republik maritim, yang
paling terkenal adalah Republik Venesia, Republik Genoa, Republik Pisa, dan
Republik Amalfi. Terlibat dalam beberapa Perang Salib, mereka mengambil
keuntungan dalam hal peluang dagang dan politik. Venesia dan Genoa segera
setelah itu menjadi gerbang utama Eropa untuk berdagang dengan Dunia Timur,
mendirikan koloni-koloni hingga sejauh Laut Hitam dan seringkali mengontrol
sebagian besar perdagangan dengan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) dan Dunia
Islam Timur Tengah. Daerah Savoy memperluas wilayahnya sampai semenanjung pada
Abad Pertengahan Akhir, sementara Firenze berkembang menjadi sebuah negara-kota
perdagangan dan keuangan yang sangat terorganisasi, dan menjadi ibu kota Eropa
untuk komoditas sutera, wol, perbankan, dan perhiasan.
Di
selatan, Sisilia Bizantium menjadi emirat Islam pada abad ke-9, yang berkembang
sampai orang Norman-Italia menaklukkannya pada akhir abad ke-11 beserta
sebagian besar negara Langobardi dan Bizantium di Italia bagian selatan.
Melalui serangkaian peristiwa yang kompleks, Italia bagian selatan berkembang
sebagai sebuah kerajaan yang bersatu, pertama di bawah Wangsa Hohenstaufen,
kemudian di bawah Wangsa Kapetia Anjou dan, dari abad ke-15, Wangsa Aragon
(meskipun Sisilia adalah sebuah kerajaan orang Aragon yang terpisah sejak akhir
abad ke-13 sampai abad ke-15). Di Sardinia, bekas provinsi-provinsi Bizantium
menjadi negara-negara merdeka yang dikenali sebagai giudicati (wilayah para
hakim), meskipun sebagian besar pulau ini berada di bawah kendali orang Genoa
dan orang Pisa hingga orang Aragon menaklukkannya pada abad ke-15.
[1]
"Italy: Birthplace of the Renaisssance".
European Rennaisance and Reformation. Township of Washington, NJ:
Immaculate Heart Academy. Diakses
20-12-2009
[2]
"Penyatuan Italia".
Library.thinkquest.org. 4 April 2003. Diakses 19 November 2009
[3]
"Kekaisaran Kolonial Italia". All
Empires. Diakses 17 June 2012. "Pada puncaknya, segera setelah Perang Dunia II,
Kekaisaran Italia meliputi daerah-daerah yang kini menjadi Italia, Albania, Pulau Rodos, Dodecanese, Libya,
Ethiopia, Eritrea, 2/3 wilayah Somalia, dan konsesi kecil Tianjin di Cina."
Komentar