kerajaan islam Samudera Pasai





I.        PENDAHULUAN



Berita awal abad ke-16 M dari Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa  di Sumatra, terutama di sepanjang pesisir selat Malaka dan pesisir barat Sumatera,  telah banyak kerajaan islam baik besar maupun yang kecil. Kerajaan –kerajaan itu antar lain aceh, bican, lambri, pedir, pirada, pase, aru, arcat, rupat, siak, Kampar, tongkal, Indragiri, jambi, Palembang, andalas, minangkabau, pariaman, tiku, panchur, dan lain-lain.[1] Kerajan-kerajaan tersebut ada yang sedang mengalami pertumbuhan dan ada pula yang sedang mengalami perkembangan bahkan ada yang sedang mengalami keruntuhan karena adanya pergeseran politik satu dengan yang lain. Selain berita yang disampaikan oleh tome  ada sumber lain yang bersal dari data arkeolog, berdasarkan data itu ada 2 abad sebelum berita Tome Pires hadir, sebelumnya telah tumbuh kerajaan islam yaitu samudra pasai.



Pada tahun 1511 M, Malaka sebagai pelabuhan terbesar di Asia jatuh ke tangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Hal ini berdampak pada jalur lalu lintas perdagangan dan pelayaran.Karena itu pusat perdagangan dipindah ke Aceh.Mulai saat itu, Aceh menjadi sangat ramai dan berkembang bahkan dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari Samudera Pasai yang kalah bersaing. Aceh dan Samudera Pasai menjadi Kerajaan pertama dan tertua yang bercorak islam. Kerajaan Aceh menjadi semakin maju dan mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sedangkan Kerajaan Samudera Pasai yang ditaklukan oleh kerajaan Aceh mencapai  kejayaan pada periode pemerintahan Sultan Ali Munghayatsyah. Kehidupan politik kedua kerajaan ini diwarnai oleh kedatangan para penjelajah samudera (bangsa Eropa) yang semula mencari rempah-rempah kemudian memonopoli dan menguasai arus perdagangan rempah-rempah sehingga menimbulkan konflik dan perlawanan untuk mengusir bangsa barat tersebut sampai pada masa kemundurannya.



 



 



 



 



II.          PEMBAHASAN



A.    Asal-usul



Ada sejumlah sumber tertulis yang menjelaskan tentang berdirinya Kerajaan Samudra Pasai, diantaranya yaitu :



1.      berasal dari Nusantara



Sumber Nusantara antara lain Hikayat Raja Pasai (HRP) dan Sejarah Melayu (SM). Naskah HRP diduga berasal sekitar tahun 1383-90 (Hill, 1960: 41), atau sekurang-kurangnya akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15 (Jones, 1987: v). HRP dianggap sebagai karya historiografi Melayu tradisional tertua, namun hingga saat ini naskah yang sampai hanya satu yaitu yang dikenal sebagai naskah Raffles Malay no. 67 dan sekarang tersimpan di The Royal Asiatic Siciaty, London. Naskah itu berasal dari Jawa pada tahun 1815 pada masa Raffles menjadi letnan gubernur jenderal.



Berdasarkan isinya, HRP dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:



·         Mengenai pembukaan Negeri Samudra dan Pasai serta raja-raja yang pertama yang telah memeluk agama Islam.



·         Cerita mengenai perkembangan keadaan di Pasai, yaitu raja Ahmad dari Pasai secara langsung atau tidak membunuh anak-anaknya, hal yang akhirnya mengakibatkan serangan angkatan laut Majapahit terhadap Pasai, yang dikalahkan dan kemudian takluk kepada Majapahit.



·         Cerita kemenangan angkatan Majapahit di kepulauan Indonesia, dan cerita percobaannya yang gagal untuk menaklukkan daerah Minangkabau. (Roolvink 1986: 19).



Dibandingkan dengan HRP, naskah SM yang sampai kepada kita ada beberapa buah naskah aslinya diduga berasal dari awal abad ke-17, mengingat peristiwa terakhir yang dikisahkan dalam SM terjadi sebelum tahun 1613 (Hsu Yun Tsiao, 1986: 41). Dalam SM, kisah mengenai Pasai (dan Samudra) terdapat dalam cerita yang ketujuh, kedelapan, dan kesembilan (Teeuw dan Situmorang, 1952). Pada umumnya para pakar berpendapat bahwa SM dalam beberapa bagian mendasarkan uraiannya kepada HRP (de Jong, 1986: 60).



 



 



2.      dari Cina



Sumber Cina antara lain Ying-yai Sheng-lan dari Ma Huan. Sedangkan dalam berita Cina, memang tidak ada berita yang secara langsung menyebut Pasai, walaupun yang menyinggung kata samudra dan beberapa daerah lain di Sumatra bagian utara agak banyak ditemukan, namun mengingat pada masa para ahli tarikh atau musafir Cina itu hidup sezaman dengan masa berkembangnya Kerajaan (Samudra) Pasai, tidaklah terlalu dapat disalahkan jika para peneliti cenderung menyesuaikan berita itu dengan Pasai (Groeneveldt, 1960: 144). Seperti umumnya berita Cina, uraian tentang “Pasai” itu terutama berkenaan dengan berbagai keadaan alam dan keanehan adat atau tata kehidupan masyarakat yang berbeda dengan tata kehidupan masyarakat Cina.



3.      dari Arab



berita Arab dari Ibn Battutah



 



4.      dari Italia



Kisah pelayaran Marko Polo dari Italia. Berita Marko Polo pada tahun 1292 dan Ibn Battutah pada tahun 1346 juga tidak secara langsung berkenaan dengan Pasai. Hanya saja pada saat itu mereka melakukan pelayaran pada masa Pasai berdiri.



5.      satu dari Portugis



Sedangkan sumber yang berasal dari Portugis ialah Suma Oriental-nya Tome Pires. Seorang tokoh Portugis bernama Tome Pires pernah singgah di beberapa daerah di Nusantara pada tahun 1512-1515. Ia mencatat apa yang dilihat, didengar, dan diketahuinya mengenai daerah yang disinggahinya itu. Ia mancatat bahwa pada saat itu Pasai masih berdiri. Laporannya tentang Pasai dan bandar-bandar di Sumatra Utara cukup memberikan gambaran menganai daerah itu, yaitu meliputi hal-hal yang berhubungan dengan penduduk, kota, perdagangan, uang, dan bahkan pajak yang terdapat di Pasai.



Bukti yang paling populer dan paling mendukung berdirinya kerajaan Samudra Pasai adalah adanya nisan kubur yang terbuat dari granit asal Samudra Pasai. Dari nisan itu dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 969 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.



Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudra Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan maritim kerajaan Sriwijaya yang sebelumnya memegang peranan penting di kawasan Sumatra dan sekitarnya.



B.      Perkembangan



Perkembangan Kerajaan Samudra Pasai



            Kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan islam yang pertama, awalnya belum berupa raja-raja tapi, kepala pemerintahannya hanya seorang Gampong Samudra yaitu, Marah Silu. Mengetahui bahwa samudra pasai berupa kerajaan terlihat dalam Sejarah melayu dan Hikayat raja-raja pasai.[2] Kerajaan samudra pasai berdasarkan kedua hal diatas bahwa raja pasai yang pertama adalah Sultan Malik As-Shalih, dia wafat tahun 696 H (1297 M) tumbuhnya kerajan samudra pasai yang muncul dari komunitas–komunitas muslim hingga jadi kerajaan islam yang pertama di nusantara bahkan di asia tenggara juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kerajaan sriwijaya yang disebabkan karena perluasan kerajaan singosari, berakibat tidakmampunya kerajaan sriwijaya mengontrol sejak abad ke-13 M           .  



a.       Komposisi dan Struktur Masyarakat Pasai



Dalam HRP, komposisi masyarakat yang disebutkan terdiri atas raja, orang besar-besar, sultan, perdana menteri, nata, menteri bentara, pegawai, sida-sida, bendahari, penggawa, patih, tumenggung, demang, ngabehi, lurah, bebekal petinggi, bala tentara, lasykar, hulubalang, pahlawan, panglima, pendekat, senapati, hamba sahaya, rakyat, orang tuha-tuha, gundik, dayang-dayang, binti perwara, fakir, miskin, inangda pengasuh, orang berbuat bubu, juara bermain hayam, orang menjala ikan, orang benjaga, orang berlayar, orang pekan, seorang tuha dalam surau, nahkoda, ahlul nujum, yogi, guru, dan pendeta.



Sedangkan dalam SM, komposisi masyarakat terdiri dari raja, tuanya menteri, sultan, orang besar-besar, mangkubumi (di negeri), pegawai, bentara, hulubalang, gahara, gundik, fakir, miskin rakyat, dayang-dayang, hamba, orang menahan lukah, orang berburu, dan nahkoda.



b.      Letak geografis



            Kerajaan samudra pasai terletak lebih kurang 15 km disebelah Lhokseumawe, nangro aceh.  berdasarkan letaknya yang  ditepi pantai kerajaan ini menjadi tempat persinggahan para pedagang yang datang dari luar nusantara seperti dari timur tengah dan eropa, selain itu wilayah yang sunur di anugrahkan berbagai hasil bumi yang menjadi daya tarik para pedagang yang mencari rempah-rempah,  adapun hasil buminya yaitu :



 



·         Lada, sutra, kapur barus, serta emas dan perak.



·         Tenaga kerja dari sumberdaya manusianya yang dibutuhkan di pelabuhan pengkutan barang.



 



c.       Ekonomi kerajaan dan masyarakat



Perkembangan ekonomi masyarakat kerajaan samudra pasai terlihat dari barang komoditas dari hasil bumi seperti lada, sutra, emas dan perak, barang ini menjadi pendapatan bagi masyarakat dan juga sebagai barang export bagi kerajaan. Masyarakat yang tinggal di pelabuhan juga diberdayakan dengan menjadi tenaga kerja angkut barang dagangan.



            Diberitakan pula bahwa kerajaan ini telah memiliki mata uang sendiri  yang terbuat dari serbukan emas dan perak yang disebut dramas, dengan mata uang inilah masyarakat dapat melakukan tansaksi jual beli dalm pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.sebagai kerajaan yang besar tentunya pasai memiliki kerajaaan-kerajaan kecil sebagai pengexpor barang dari daerah, yang mana nantinya akan dikumpulkan dipusat pengumpulan barang kerajaan. Dalam hal ini kerajaan kecil tersebut harus membayar pajak kepada kerajaan pasai,dan juga menimbulkan masalah.



            Samudra Pasai sebagai pelabuhan dagang yang maju, mengeluarkan mata uang dirham berupa uang logam emas. Saat hubungan dagang antara Pasai dan Malaka berkembang setelah tahun 1400, pedagang Pasai menggunakan kesempatan mengenalkan dirham ke Malaka. Raja pertama Malaka, Prameswara, menjalin persekutuan dengan Pasai tahun 1414 memeluk Islam dan menikah dengan putri Pasai. Uang emas dicetak di awal pemerintahan Sultan Muhammad (1297-1326) dan pengeluaran uang emas harus mengikuti aturan sebagai berikut. Seluruh Sultan Samudra Pasai perlu menuliskan frasa al-sultan al-adil pada dirham mereka.



Mata uang dirham dari Samudra Pasai itu pernah diteliti oleh H.K.J Cowan untuk menunjukkan bukti-bukti sejarah raja-raja Pasai. Mata uang tersebut menggunakan nama-nama Sultan, diantaranya yaitu Sulatan Alauddin, Sultan Manshur Malik Al-Zahir, Sultan Abu Zaid, dan Abdullah. Pada tahun 1973 M, ditemukan lagi 11 mata uang dirham, diantaranya bertuliskan nama Sultan Muhammad Malik Al-Zahir, Sultan Ahmad, dan Sultan Abdullah yang semuanya merupakan raja-raja Samudra Pasai pada abad ke-14 M dan 15 M.



 



 



d.      Pemerintahan



            Pemerintahan dalam bentuk kerajaaan yang dipimpin oleh seorang raja yang tidak memiliki kasta seperti dalam kebudayaan hindu/Buddha, mengenai raja-raja yang memerintah kerajaan samudra pasai terdapat dalam sejarah melayu dan hikayat raja-raja pasai yang juga tercantum dalam mata uang kerajaan,adapun raja-raja itu adalah:







No.


Nama Raja


Tahun Pemerintahan




1.


Sultan Malik Al-Saleh


Sampai tahun 1207 M




2.


Muhammad Malik Al-Zahir


1297-1326 M




3.


Mahmud Malik Al-Zahir


1326-1345 M




4.


Manshur Malik Al-Zahir


1345-1346 M




5.


Ahmad Malik Al-Zahir


1346-1383 M




6.


Zain Al-Abidin Malik AL-Zahir


1383-1405 M




7.


Nahrasiyah


1402-? M




8.


Abu Zaid Malik Al-Zahir


?-1455 M




9.


Mahmud Malik Al-Zahir


1455-1477 M




10.


Zain Al-Abidin


1477-1500 M




11.


Abdullah Malik Al-Zahir


1501-1513 M




12.


Zain Al-Abidin


1513-1524 M




 



            Dalam pemerintahan sultan pasai pertama kemungkinan kerajaannya  sudah melakukan hubungan dagang dengan cina sebagai mana yang diceritakan dalam sejarah dinasti yuan bahwa pada tahun 1282 M serang utusan cina bertemu seorang menteri dari kerajaan sumatra(samudra) di quilon yang mana cina meminta duta samudra dikirim ke cina. Ternyata pada tahun itu ada juga utusan samudra yang bernama sulaiman dan snam ad din. Selain itu juga sudah ada hubungan dengan timur tengah dalam bentuk pedagangan , menurut berita tome kesultanan pasai telah maju dalam bidang politik pemerintah, agama, ekonomi dan perdagangan.



            Pada abad ke 14 wilayah Kesultanan Samudera Pasai menuai masa kejayaan. Kejayaan itu di buktikan dengan kemampuan kesultanan samudera pasai membuat mata uang emas pada masa Sultan Malik Al Zahir (1297-1326) pada abad ke 13. Bisa disebutkan mata uang Samudera Pasai adalah mata uang emas pertama yang dikeluarkan nusantara oleh kerajaan islam dengan oranamen islam (tulisan arab) yang tertulis dalam sisi atas dan sisi bawah, karena pada masa itu kerajaan nusantara lain baru mengeluarkan mata uang dari perak. Ada yang menyebutkan bahwa mata uang ini sangat halus pengerjaanya dibandingkan mata uang logam perak di Jawa.



Kerajaan Samudra Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh yaitu Ali Mughayatsyah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.



e.       Keagamaan



            Perkembangan agama islam di samudra pasai tidak terlepas dari perdagangan internasional melalui selat malaka, adapun Negara yang melakukan dagang dimalaka yaitu Arabia, persi(iran), dan Negara-negara timur tengah lainnya yang sudah ada sejak abad pertama masehi dan abad ke-7 dan ke- 8 yang mulai memegang peran penting  dalam jaringan pelayaran yang jauh seperti dari teluk aden, teluk persi, melalui selat malaka dan samudra hindia, sampai laut cina. Hal itu merupakan upaya dari perkembangan kekuasaan asia barat dibawah bani umayyah(660-749). Setelah terjadinya perdagangan dengan pasai ahli-ahli agama berdagangan mulai berdataqngan dari persi bernama qhadi syarif amir sayyid dari shiraz,dan taj-al-dindari Isfahan. Pada awal abad ke-16 M merupakan puncak kejayaan samudra pasai termasuk dalam bidang agama.ibnubattuta menceritakan bahwa betapa taatnya sultan pasai terhadap agama islam dari mazhab syafi’I dan dia selalu dikelilingi oleh ahli teologi islam.



            Dalam hikayat patani terdapat cerita tentang pengislaman raja patani yang bernama payatu naqpa dilakukan oleh seorangdari pasai ytang bernama syakh said karena berhasil menyambuhkan raja patani itu. Setelah masuk islam raja berganti nama yauti sultan ismail syah zillullah fil’alam termasuk ketiga putra dan putrinya yaitu sultan muddafar syah, siti aisyah, dan sultan Mansur. Pada masa pemerintahan sultan muddafar syah datang lagi seorang ulama dari pasai yang bernama syaikh safiuddin yang atas perintah raja dia mendirikan masjid untuk muslim patani. [3]



Peranan dan Perluasan Islam



            Dalam perkembangan perluasan islam di samudra pasai tidak  terlepas dari pengaruh dagang orang timur  tengah, yang mana mereka sambil berjualan barang dagangan mereka juga membawa kebudayaan mereka termasuk agama islam. Selain pedagang yang menyebarkan agama islam juga masyarakat serta raja mereka yang telah memeluk agama islam, sehingga penyiaran agama islam jadi lebih muda.juga termasuk melalui perkawinan yang dilakukan satu kerajaan dengan kerajan yang lainnya . jadi untuk daerah yang belum memeluk islam jadi lebih luas lagi.



            Setelah meluasnya agama islam yang ada disamudra pasai, mulai muncul ulama yang telah mendalami ilmunya melalui orang timur tengah sehingga bisa diutus ke daerah bawahan kerajaan untuk mengislamkan daerah itu serta dibangun tempat ibadah merupa masjid.



Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 13 dan 14 Masehi yang di mulai di kerajaan Samudera Pasai.[4] Penyiaran Islam ini di bawa oleh para pedagang-pedagang dari Hadramaut dan Gujarat India dan sebagian kecil dari orang-orang Persia. Perkembangan Islam pada masa ini lebih dominan di daerah-daerah pesisir pantai yang lebih dekat dengan pelabuhan sedangkan di daerah daerah pedalaman Islam lebih sedikit karena terbatasnya transportasi pada saat itu. Sejarah Islam mencatat Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini berdiri setelah Rajendra I dari India 102-1024 tidak berhasil menundukkan daerah itu. Pada saat Raja kehilangan simpati penduduk setempat sehingga menyebabkan kekalahannya. Tercatat Malikus Saleh adalah raja yang menduduki tahta. Raja inilah yang pertama kali sebagai penguasa beragama Islam, dengan kerajaannya yang bernama Samudera Pasai. Kerajaan ini adalah salah satu kerajaan Islam yang menerapkan hukum pidana Islam.



 



 



 



Menurut Hamka, dari Pasailah dikembangkan paham Syafi’i ke kerajan-kerajaan islam lainya di Indonesia, bahkan setelah kerajaan Islam Malaka berdiri (1400-1500 M) para ahli hukum Islam Malaka datang ke Samudera Pasai untuk meminta kata putus mengenai berbagai masalah hukum yang mereka jumpai dalam masyarakat.[5]



Pelaksanaan hukum Islam menyatu dengan pengadilan dan diselenggarakan secara berjenjang. Tingkat pertama dilaksanakan oleh pengadilan tingkat kampung yang dipimpin oleh keuchik. Pengadilan itu hanya menangani perkara-perkara ringan sedangkan pengadilan tingkat pertama dapat mengajukan banding kepada ulee balang (pengadilan tingkat kedua). Selanjutnya dapat di lakukan banding kepada Sultan yang pelaksanaannya dilakukan oleh Mahkamah Agung yang keanggotaannya terdiri atas Malikul Adil, Orang Kaya Sri Paduka Tuan, Orang Kaya Raja Bandhara, dan Faqih (ulama).



C.    Keruntuhan



Kemunduran samudra pasai dan munculnya malaka



            Pada abad ke-15 kerajaan Samudra Pasai kehilangan kekuasaan perdagangan atas Selat Malaka, dan kemudian dikacaukan Portugis pada tahun 1511-20. Akhirnya kerajaan ini dihisab kesultanan Aceh  yang timbul tahun 1520-an. Warisan peradaban Islam internasionalnya diteruskan dan dikembangkan di Aceh.



Kemunduran kerajaan Samudera Pasai disebabkan oleh beberapa faktor penyebab, yaitu:



  1. Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan Nusantara,
  1. Berdirinya Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis,
  1. Setelah Sultan Malik at-Thahir meninggal, tidak ada yang menggantikan sehingga penyebaran agama Islam diambil kerajaan Aceh.



Hancur dan hilangnya peranan Kerajaan Pasai dalam jaringan antarbangsa ketika suatu pusat kekuasan baru muncul di ujung barat pulau Sumatera, yakni Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini muncul pada abad 16 Masehi. Kerajaan Islam yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah kala itu menaklukkan Kerajaan Pasai sehingga wilayah Pasai dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Islam Darussalam. Kerajaan Islam Samudera Pasai akhirnya dipindahkan ke Aceh Darussalam (sekarang Banda Aceh).



Runtuhnya kekuatan Kerajaan Pasai sangat berkaitan dengan perkembangan yang terjadi di luar Pasai, tetapi lebih dititik beratkan dalam kesatuan zona Selat Malaka. Walaupun Kerajan Islam Pasai berhasil ditaklukan oleh Sultan Asli Mughayat Syah, peninggalan dari kerajaan kecil tersebut masih banyak dijumpai sampai saat ini di Aceh bagian utara.



Pada tahun 1524 M setelah Kerajaan Aceh Menakhlukan Kesultanan Samudera Pasai tradisi mencetak deurham menyebar keseluruh wilayah Sumatera, bahkan semenanjung Malaka.  Derham tetap berlaku sampai bala tentara Nippon mendarat di Seulilmeum, Aceh Besar pada tahun 1942.



Peranan Malaka Dengan perdagangan



PERANAN SELAT MALAKA DALAM LALU LINTAS PELAYARAN DAN PERNIAGAAN DI ASIA TENGGARA ABAD VII – XIV



Sejak  abad  pertama,  kawasan  laut Asia Tenggara,   khususnya  Selat  Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, AsiaTenggara dan Asia Barat.



Sebelum kedatangan bangsa barat, Nusantara telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional. Pada saat itu terdapat dua jalur perniagaan internasional yang digunakan oleh para pedagang, yaitu :



1.      Jalur perniagaan melalui darat atau lebih dikenal dengan “Jalur Sutra” (Silk  Road) yang dimulai dari daratan Tiongkok (Cina) melalui Asia Tengah, Turkistan hingga ke Laut Tengah. Jalur ini juga berhubungan dengan jalan-jalan yang dipergunakan oleh kafilah India. Jalur ini merupakan jalur paling  tua yang menghubungkan antara Cina dan Eropa.



2.      Jalur perniagaan melalui laut yang dimulai dari Cina melalui Laut Cina  kemudian Selat Malaka, Calicut (India), lalu ke Teluk Persia melalui Syam  (Syuria) sampai ke Laut Tengah atau melalui Laut Merah sampai ke Mesir lalu  menuju Laut Tengah.



Ada dua kerajaan utama di Nusantara yang  mempunyai andil besar dalam meramaikan perniagaan Internasional pada kurun  abad ke-7 hinga ke-15, yaitu Sriwijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa. Keduanya adalah kerajaan Hindu-Budha. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu  kerajaan pantai yang kekuatan ekonominya bertumpu pada perdagangan  internasional. Sriwijaya berhubungan dengan  jalan raya perdagangan internasional  dari Cina ke Eropa melalui Selat Malaka. Pada abad ke-7 hingga ke-13 kerajaan tersebut tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan di wilayah Indonesia Barat, terutama setelah berhasil menguasai dan mengamankan jalur perdagangan di sekitar Selat Malaka. Sriwijaya mewajibkan setiap kapal dagang yang lewat Selat Malaka untuk singgah ke pelabuhan Sriwijaya.



Oleh karena itu, kerajaan tersebut sering dikunjungi para pedagang dari Persia, Arab, India, dan Cina untuk memperdagangkan barang-barang dari negerinya atau negeri-negeri yang dilaluinya. Barang-barang tersebut antara lain berupa tekstil, kapur barus, mutiara, kayu berharga, rempah-rempah, gading, kain katun dan sengkelat, perak, emas, sutera, pecah belah serta gula.



Nusantara Sesudah Kedatangan Bangsa Barat Hingga abad ke-10 pelayaran niaga masih menempuh satu jalur yang tidak terputus-putus  dari timur ke barat atau sebaliknya. Sampai dengan abad itu belum ada pelabuhan-pelabuhan yang memiliki cukup banyak fasilitas untuk dijadikan tempat singgah dalam jalur niaga yang panjang. Sejak abad ke-10 dan ke-11 muncul kota pelabuhan yang disebut dengan “emporium”, yaitu suatu kota pelabuhan dengan fasilitas lengkap yang memudahkan para pelaut untuk memperbaiki kapal-kapalnya sekaligus melakukan transaksi perdagangan. Dalam setiap emporium biasanya terdapat pengusaha yang memiliki modal cukup besar sehingga mampu menyediakan fasilitas kredit, gudang-gudang, usaha dagang dan bahkan sewa dan jual beli kapal untuk ekspedisi dagang.



Lahirnya sistem”emporia” telah memudahkan pelayaran niaga. Para pedagang tidak lagi dipaksa untuk menempuh seluruh jalur dari timur ke barat untuk memasarkan barang dagangannya. Tetapi, dengan menempuh satu emporium saja, maka  komoditi dagangnya akan dibawa para pedagang lain menyebar ke emporium-emporium di wilayah lain. Dengan demikian sistem emporia telah menyebabkan jalur  perdagangan menjadi lebih pendek. Berbagai emporium yang muncul pada abad itu  adalah Aden dan Mocha di Laut Merah; Muskat, Bandar Abas dan Hormuz di Teluk  Persia; Kambai dan Kalikut di Laut Arab; Satgaon di Teluk Benggala; Zaiton dan Nanking di Laut Cina serta Malaka di Selat Malaka.



Selat malaka merupakan jalur perniagaan yang ramai yang banyak dilalui kapal dagang dari berbagai negeri asia. Negeri-negeri yang ada di sepanjang perairan selat malaka, silih berganti menempati kedudukan sebagai bandar/pelabuhan yang di singgahi oeh banyak kapal yang lewat di sana untuk mengambil pembekalan dan sekaligus di manfaatkan oleh para pedagang untuk berniaga dan kepentingan-kepentingan lainnya. Salah satu negeri yang terkenal di kawasan itu adalah malaka. Sudah semenjak awal abad ke 15 malak di jadikan sentral perdagangan oleh para pedagang yang berasal dari berbagai negeri, baik dari barat (timur tengah dan india), maupun dari negeri cina di timur dan negeri-negeri asia tenggara. Selain itu, malaka juga di jadikan pusat penyebaran agama Islam yang di lakukan oleh para pedagang muslim yang berasal dari negeri-negeri timur tengah,india, dan negeri-negeri Asia tenggara yang peduduknya telah memeluk agama islam. Karena fungsi dan kedudukannya itu, maka negeri malaka pada wkatu itu dapat di sebut sebagai pemimpin dalam kemaraan Islam di kaawasn Selat malak.hal ini dapt di capai melalui perniagaan dan juga karena terdapat perkawinan-perkawianan di antara keluarga sesama penguasa kerajaan-kerajaan di wilayah itu. Situasi keharmonisan dan ketentraman hubungan perniagaan yang terdapat ada negeri-negeri di kawasan selat malaka, berlangsung sepanjang abad ke 15 m. Situasi yang demikian baru terusik ketika datangnya bangsa barat (portugis) pertama kali ke wilayah itu.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



           



III.           PENUTUPAN



Kerajaan Samudra Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur. Kota Kerajaan di sebut Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec. Samudera Geudong Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan Pase (Pasai) pada masa kejayaannya sekitar abad ke 14



terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di pantai Utara Aceh, yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.



Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan.



Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar yang digunakan untuk:



1.      Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya



2.      Mengurus masalah – masalah perkapalan



3.      Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri



4.      Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia



Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan hukum – hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.



Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Kehidupan Kerajaan Samudera Pasai pada masa itu sangat makmur. Karena Samudra Pasai dapat menerbitkan mata uang emas sendiri, hal ini menandakan bahwa kerajaan itu cukup makmur (menurut ukuran masa itu). Mata uang emas Kerajaan Samudera Pasai ini telah diperkenalkan pula oleh orang-orang kerajaan itu ke beberapa bandar perdagangan di Nusantara, diantaranya ke bandar Malaka.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



Sumber bacaan



Mawarti Djoned Poesponegoro dan Nugoroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia III” jakarta : Balai pustaka; 2008, 21-28



Dedy Irawan, “KERAJAAN SAMUDRA PASAI” 04:08 NOVEMBER 2013, blogger



Nilamarifani, “peranan selat malaka dalam lalu lintas pelayaran  dan perniagaan di asia tenggara abad vii xiv” ,2013 06 26 ,wordpress.com



wikipedia.org, “Kesultanan Melaka Hubungan dengan kekuatan regional”



E-book Online ,  Yuanzhi Kong, (2000), Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9794613614



Muhammad siddiq, m, “peranan kerajaan islam di nusantara dalam pelaksanaan Peradilan islam”, pdf



 







[1] Cortesao, Armando, The suma oriental of tome pires an account of the east, form the red sea to japan written in malacca and india (1512-1515), volume 1, Hakluyt Society, 1944 krasus reprint limited nendeln/liechtenstein, 1967, hlm 135-136


[2] J.p Moquette, De Eerste Vorsten van Samudra-Pase, R.O.D, 1913. 1-12


[3] A. Teeuw-D.K. Wyatt, Hikayat Patani, Bibliotheka Indonesia KTLV. 5 The Hague-Martinius Nijhoff, 1970, hlm. 71-78 (malay tekxt)


[4] Harun Nasution, ed., Sejarah Ringkas Islam Sejak Kelahirannya Sampai Perkekembangannya pada

Pertengahan Pertama Abad Keduapuluh, Cet.2, (Jakarta: Djambatan, 1994), hlm.25.



[5] Muhammad Daud Ali, Loc.cit .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKSPANSI KOLONIAL KELUAR JAWA (1850-1870)

makalah ilmu bebas nilai (filsafat ilmu)