Negara baru di kawasan timur tengah, Konflik Arab-Israel, Hubungan negara Timur Tengah dengan Indonesia

MAKALAH

Sejarah Timur Tengah


tentang

o   Kelahiran Negara-Negara Baru di Kawasan Timur Tengah

o   Konflik Arab-Israel

o   Hubungan Negara Timur Tengah dengan Indonesia

 

 


 

Dosen pembimbing:

ABDUL SALAM, S.Ag, M.Hum

 

Disusun oleh

 

ALVANI MAIZAL ASRI

1306014

 

PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014


PEMBAHASAN

A.    KELAHIRAN NEGARA-NEGARA BARU DI KAWASAN TIMUR TENGAH

Ø  Pasca Perang Dunia I

1.      Irak

Tahun 1914 M Inggris mulai menjajah Irak. Kemudian diumumkanlah Irak menjadi negara kerajaan pada tahun 1921 M. Jelang sebelas tahun kemudian, yaitu tahun 1932 M, Irak merdeka walaupun masih dibawah kendali Inggris hingga tahun 1958 M. Pada tahun ini kerajaan Irak digulingkan dan berdirilah negara republik. Antara tahun 1958-1968 M banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan kekuasaan berada di tangan militer. Kemudian pada tahun 1968 terjadi revolusi besar yang sangat bersejarah di Irak yang membawa partai Ba’ats pada tampuk kekuasaan.

 

2.      Saudi Arabia

Dalam rangka memenuhi perjanjian dengan inggris maka Hussein membrontak pada turki pada tanggal 7 juni 1916, Hussein memproklamirkan kemerdekan tanah Hijaz dan pembentukan negara arab merdeka pada 27 juni1916 dan Hussein sebagai raja arab. Perlawanan terhadap turki dilanjutkan. Inggris mendapat bantuan dari anak-anak husein yang bernama abdullah dan faisal. Akhirnya turki dapat dikalahkan dan menyerah pada 30 oktober 1918.

 

3.      Iran

Ketika Perang Dunia I, Iran berada di bawah pengaruh Inggris dan Rusia walaupun kebijakan pemerintahannya netral. Pada 1919, Inggris mencoba menjadikan Iran sebagai negeri naungan mereka tetapi rencana macet saat Shah Reza menggulingkan Pemerintahan Qajar dan mendirikan Dinasti Pahlavi. Shah Reza Pahlavi memerintah Iran selama 16 tahun dan memulai proses pemodernan Iran serta mendirikan pemerintahan sekular baru.

Sejak penemuan minyak, Iran menjadi sumber cadangan minyak utama bagi negara-negara Sekutu. Ketika Perang Dunia II, tentara Sekutu meminta agar Shah Reza menghalau keluar teknisi Jerman tetapi permintaan ini ditolak. Maka, tentara Sekutu melancarkan serangan atas Iran dan menyingkirkan Shah Reza dan melantik puteranya Shah Mohammad Reza menjadi pengganti Shah Iran. Namun begitu, Shah Mohammad hanyalah boneka Inggris dalam administrasi Iran dan pemerintahannya bersifat otokratis dan dibenci rakyat Iran.

4.      Yordania

22 Maret 1946, Yordania meraih kemerdekaannya. Pada awal masa penaklukan yang dilakukan kaum muslim, Yordania menjadi bagian dari kekhalifahan Muslim. Pada pertengahan abad ke-16, Yordania dikuasai oleh imperium Ottoman. Menyusul PD I dan keruntuhan imperium Ottoman, Inggris menguasai Yordania, Irak, dan Palestina. Pada tahun 1946, Inggris menyerahkan kemerdekaan Yordania dan Inggris mengangkat sekutunya dalam melawan Ottoman, Emir Abdullah, sebagai raja Yordania.

 

5.      Syria

Perancis terpaksa berundur dari Syria selepas Perang Dunia II, dan ia akhirnya menerima kemerdekaan Syria pada tahun 1946. Namun demikian, mereka meninggalkan Syria dalam keadaan yang tidak stabil dan sering terdedah kepada konflik. Mandat Perancis yang dikenakan ke atas Syria selepas Perang Dunia I telah memberikan lebih manfaat kepada puak Syiah berbanding kumpulan-kumpulan lain (Puak Syiah percaya kepada kesucian Saidina Ali r.a. Ia hampir mirip kepada pendewaan yang dilakukan oleh orang-orang Kristian ke atas Nabi Isa a.s.). Pentadbiran Perancis telah meletakkan minoriti Syiah dalam jawatan-jawatan penting kerajaan, lalu menimbulkan rasa tidak senang kepada umat Islam dari kalangan ahli sunnah wal jama'ah. Ini seterusnya membenihkan bibit-bibit permusuhan di antara dua golongan tersebut. Ramai pakar di Timur Tengah berpendapat bahawa puak Syiah berjaya mencapai kedudukan politik dan militari yang tinggi semenjak deklarasi kemerdekaan Syria pada tahun 1946. Berikutan dengan kemerdekaan tersebut, perkara penting yang berlaku ialah puak Syiah berjaya mengambil alih pemerintahan negara dengan meminggirkan kedudukan golongan ahli sunnah wal jama'ah yang telah lama menerajui perkembangan politik dan ekonomi tanah air.

 

6.      Mesir

Ketika Inggris menyatakan Mesir sebagai negara pro-tekroratnya, Khediv ‘Abbas Hilmi kemudian dideprtasi dan pamannya, Husayn Kamil menggantikannya dengan gelar sultan. Pada februari 1922, Fu’ad pada tahun 1917 mengikuti saudaranya , Husayn, memproklamirkan diri sebagai raja (malik). Pada waktu itu, kedudukan Mesir sebagai wilayah protektorat telah berakhir. Dan dinyatakan sebagai negara merdeka, diikuti dengan pemberlakuan sebuah konstitusi.

 

Ø  Pasca Perang Dunia II

1.      Libya

Tripolitania, yang sebagian besar wilayahnya merupakan padang pasir yang gersang, dengan sederetan oase disepanjang daerah pesisir, merupakan pos turki terakhir di antara negara-negara berber. Sebagai rentetan dari pernag Turki-Italia pada 1911-1912, Tripolitania direbut darni tangan Utsmani, dijadikan sebagai sebuah negara jajahan, dan bersama-sama Siranikus, bergabung pada 1934 menjadi negara Libya-Italia. Pada perang dunia kedua II, pasukan Italia yang dibantu oleh Jerman diusir dari Libya oleh pasukan Inggris, Prancis dan kekuatan pribumi. Negara itu memproklamirkan diri sebagai negara merdeka pada 1951.[1]

 

2.      Tunisia

20 Maret 1956, Tunisia, sebuah negara di pesisir Afrika utara, meraih kemerdekaannya. Tunisia secara berganti-ganti diduduki oleh bangsa Phoenix, Cartage, dan Romawi. Pada abad ke-7 Tunisia dikuasai bangsa Arab. Pada tahun 1574, Tunisia dikuasai oleh imperium Ottoman dan sejak tahun 1881, menjadi protektorat Perancis. Gerakan kemerdekaan bangsa Tunisia dimulai sejak berakhirnya PD I, namun baru mencapai hasilnya ketika Perancis melemah saat berakhirnya PD II. Setelah merdeka, Habib Bourguiba yang merupakan pemimpin perjuangan kemerdekaan Tunisia, terpilih jadi presiden. Bourguiba memerintah selama tiga dekade dengan despotik.

 

3.      Maroko

2 Maret 1956, Maroko meraih kemerdekaannya. Maroko terletak di utara Afrika, di tepi laut Mediterania dan Samudera Atlantik, serta berbatasan dengan Aljazair dan Sahara Barat. Maroko pada akhir abad ke-7 ditaklukkan oleh kaum muslimin dan diperintah oleh beberapa dinasti muslim. Mulai abad ke-15, Maroko jatuh ke tangan Portugis dan Sapnyol, lalu pada tahun 1906 resmi berada di bawah penjajahan Perancis.

 

 

 

B.     KONFLIK ARAB-ISRAEL

Latar Belakang

Konflik Arab dan Israel pada dasarnya adalah memperebutkan wilayah di tanah Palestina dan sekitarnya, yang dilakukan oleh Israel untuk memperbesar daerah kekuasaannya. Bermula dari tulisan wartawan Austria keturunan Yahudi, Theodore Herzl, yang merupakan pendiri gerakan zionisme, yang berjudul “Der Judenstaat” (Negara Yahudi). Dalam tulisan tersebut, ia berpendapat bahwa masalah Yahudi hanya dapat dipecahkan dengan mendirikan negara Yahudi di Palestina atau di tempat lain. Sebelum adanya tulisan ini, sudah terjadi emigrasi secara bertahap para orang Yahudi yang tinggal di luar negeri untuk kembali ke tanah Palestina, dan setelah adanya tulisan tersebut terjadi gelombang emigrasi massal yang lebih besar lagi. Gelombang emigrasi massal yang disebut “aliyah” ini berdatangan dari berbagai negara: Rusia, Rumania, Polandia, Bulgaria, Yugoslavia, Aman, Aden, Jerman, dan negara – negara Afrika.

Kemudian satu tahun sesudahnya (1897) diadakan Kongres pertama zionis di Basle, Swiss. Para peserta kongres sepakat perlunya ada negara sendiri tetapi mereka belum tahu dimana negara sendiri itu dan bagaimana mendapatkannya. Para “aliyah” ini bertambah mendapat angin setelah Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur J. Balfour, mengirim surat pada Lord Rothchild, salah seorang tokoh zionis, yang berisi pemberitahuan tentang dukungan pemerintah Inggris kepada gerakan zionis untuk mendirikan negara di Palestina. Surat yang dikirim pada tanggal 2 November 1917 itu kemudian dikenal dengan sebutsn Deklarasi Balfour.

Konflik Arab-Israel , secara kasar terjadi selama satu abad, adalah konflik politik dan peperangan terbuka. Konflik ini terjadi karena didirikannya gerakan Zionis yang bertujuan untuk mendirikan negara Israel. Konflik antara negara-negara Arab dan Israel masih berlangsung sampai sekarang

Ø  Perang 6 hari (1967)

Perang Enam Hari, juga dikenali sebagai Perang Arab-Israel 1967, merupakan peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab, yaitu Mesir, Yordania, dan Suriah, dan ketiganya juga mendapatkan bantuan aktif dari Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut berlangsung selama 132 jam 30 menit (kurang dari enam hari), hanya di front Suriah saja perang berlangsung enam hari penuh.

Perang itu diawali provokasi negara-negara Arab, terutama Mesir, di mana waktu itu Presiden Gamal Abdul Nasser memanas-manasi dunia Arab agar mengenyahkan Israel. Rencana mengenyahkan Israel tersebut dimotivasi antara lain sebagai wujud balas dendam atas kekalahan koalisi Arab pada perang Arab-Israel tahun 1948.

Akhirnya, militer dari negara-negara Arab, khususnya yang berbatasan dengan Israel, akhirnya standby di perbatasan siap menyerbu. Hal ini terdeteksi oleh agen-agen spion Israel yang kemudian memaksa pemerintah Israel untuk melakukan “serangan pencegahan” atau dikenal dengan sebutan pre-emptive strike. Sebenarnya, keputusan untuk melakukan “serangan pencegahan” menjadi perdebatan di kalangan internal pemerintah Israel. Pihak yang tidak setuju berargumen, bahwa dengan menyerang duluan, Israel akan menuai kecaman dunia. Namun pihak yang setuju berpendapat lain, bahwa jika Israel menunggu koalisi Arab melakukan penyerangan duluan, bisa dipastikan Israel akan kalah. Karena pada dasarnya kekuatan militer Israel (pada waktu itu) sangat kecil dari segi kualitas dan kuantitas dibanding kekuatan militer koalisi Arab. Akhirnya keputusan pun dibuat. Israel melakukan serangan mendadak ke sejumlah penjuru negara-negara Arab pada 5 Juni 1967.

Berjalannya perang:

Front Barat (Jalur Gaza & Semenanjung Sinai, Mesir)

Tanggal 5 Juni 1967 di bawah kode sandi "Operasi Fokus", pesawat-pesawat tempur Israel secara mendadak melancarkan serangan ke pangkalan-pangkalan udara milik Mesir. Akibat serangan tersebut, Mesir yang sebelum perang merupakan negara Arab dengan kekuatan militer terlengkap & termodern kehilangan sebagian besar pesawat tempurnya. Total, ada 338 pesawat Mesir yang hancur akibat serangan tersebut. Hancurnya pesawat-pesawat tempur Mesir di lain pihak memberikan keuntungan bagi Israel yang kini bisa mendominasi front udara di sisa Perang 6 Hari.

Pasukan Israel awalnya mengalami kesulitan saat harus bergerak lebih jauh di Sinai karena terhalang oleh pasukan Mesir yang terkonsentrasi di Abu-Ageila. Namun dengan cerdik, mula-mula Israel menerjunkan pasukan penerjun payungnya di belakang garis depan pertempuran untuk menyabotase artileri milik pasukan Mesir. Rusaknya artileri pasukan Mesir lantas diikuti dengan pergerakan pasukan darat Israel yang mulai mengepung Abu-Ageila dari segala penjuru.

Pasukan Mesir di Abu-Ageila yang sudah dikeroyok dari segala arah sempat berusaha melawan sekuat tenaga. Namun setelah melalui pertempuran sengit selama 3,5 hari, pasukan Mesir akhirnya memilih untuk mundur meninggalkan Sinai & Abu-Ageila pun jatuh ke tangan Israel. Dengan mundurnya pasukan Mesir, selebihnya berjalan relatif mudah bagi Israel & pasukan Israel terus bergerak secara perlahan tapi pasti ke arah Sinai barat. Memasuki tanggal 8 Juni 1967, wilayah Semenanjung Sinai akhirnya berhasil dikuasai sepenuhnya oleh Israel.

Tanggal 8 Juni juga diwarnai dengan insiden penyerangan kapal perang AS, USS Liberty, oleh armada Israel di Laut Mediterania. Akibat serangan tersebut, USS Liberty mengalami kerusakan & 34 awak kapalnya harus kehilangan nyawa. Israel meminta maaf akan serangan tersebut sambil berdalih kalau mereka mengira bahwa USS Liberty adalah kapal perang Mesir. Permintaan maaf Israel tersebut diterima oleh pemerintah AS, namun peristiwa serangan USS Liberty tetap menjadi kontroversi hingga sekarang karena adanya pendapat bahwa serangan tersebut sebenarnya dilakukan secara sengaja oleh pasukan Israel.

Front Timur (Tepi Barat, Yordania)

Tanggal 5 Juni 1967 pagi, pasukan Yordania mulai membombardir wilayah timur Israel dengan tembakan artileri. Hujan tembakan artileri tersebut lalu diikuti oleh serangan udara oleh pasukan Yordania tak lama berselang. Israel lantas membalas serangan-serangan tersebut dengan serangkaian gelombang serangan udara & tembakan misil darat yang sukses menghancurkan beberapa pesawat tempur & stasiun radar milik Yordania.

Memasuki sore hari, Israel mulai melancarkan serangan darat besar-besaran untuk merebut Yerusalem. Pertempuran berjalan sengit & pasukan Israel awalnya kesulitan untuk menembus garis pertahanan pasukan Yordania yang berpengamanan tinggi & dilengkapi dengan ranjau. Namun, pasukan Israel yang dibantu oleh serangan udara akhirnya berhasil menembus garis pertahanan tersebut & mencapai tepi Yerusalem pada tanggal 7 Juni. Salah satu kunci keberhasilan dari serangan tersebut adalah karena pesawat tempur Israel menargetkan tangki bahan bakar eksternal milik tank-tank Yordania sehingga tank-tank tersebut tak bisa lagi dioperasikan.

Di daerah sekitar Yerusalem, pertempuran sengit masih tetap berlangsung. Pasukan Yordania yang masih tersisa awalnya masih sanggup bertahan & bahkan sempat berhasil menghancurkan kendaraan-kendaraan tempur Israel yang berdatangan. Namun, serangan udara besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Israel selama 2 jam akhirnya menamatkan perlawanan pasukan Yordania tersebut. Merasa tidak sanggup lagi bertahan lebih lama menghadapi gempuran pasukan Israel, pasukan Yordania akhirnya memilih untuk mundur & seluruh wilayah Tepi Barat pun jatuh ke tangan Israel.

Front Timur Laut (Dataran Tinggi Golan, Suriah)

Menyusul beredarnya informasi palsu bahwa pasukan Mesir berhasil menundukkan pasukan Israel & sedang bersiap menyerbu Tel Aviv, ibukota Israel saat itu, Suriah akhirnya memutuskan untuk mulai ikut terjun ke medan perang. Sebagai serangan pembuka, Suriah mengirimkan pesawat-pesawat tempurnya untuk membombardir pemukiman Israel di Galilea, namun pesawat-pesawat tempur Israel dengan sigap mencegatnya & sukses menembak jatuh 3 pesawat tempur milik Suriah.

Pada sore hari tanggal 5 Juni, Israel melancarkan serangan udara balasan ke wilayah Suriah. Pesawat-pesawat tempur mereka membombardir pangkalan-pangkalan udara milik Suriah untuk menghancurkan pesawat-pesawat tempur yang masih diparkir - meniru taktik yang mereka lakukan di hari-hari awal peperangan di front Mesir. Akibat serangan tersebut, Suriah kehilangan 30 lebih pesawat militernya & pesawat-pesawat Suriah yang masih tersisa diperintahkan untuk diparkir di wilayah Suriah yang lebih dalam.

 

Menurut para pengamat, ada beberapa penyebab kenapa Israel bisa menang kendati dikeroyok oleh negara-negara tetangganya. Pertama, Israel memaksimalkan keunggulannya di udara dengan menghancurkan pesawat-pesawat tempur musuh di hari awal perang. Kedua, kurangnya koordinasi & semangat juang dari militer negara-negara Arab lawannya. Terakhir, Israel memperoleh keunggulan informasi intelijen mengenai kondisi internal negara-negara lawannya. Dari pihak yang berperang, Mesir & Suriah menuduh Israel bisa menang dalam Perang 6 Hari karena memperoleh bantuan dari AS & Inggris.

Pasca Perang 6 Hari, wilayah Israel bertambah luas sebagai akibat dari keberhasilannya menguasai wilayah negara-negara tetangganya selama perang. Di sebelah selatan, mereka mendapatkan Semenanjung Sinai & Jalur Gaza dari Mesir. Sementara di sebelah timur, mereka mendapatkan Tepi Barat dari Yordania & Dataran Tinggi Golan dari Suriah. Bulan November 1967, PBB menginstruksikan Israel untuk mundur dari wilayah-wilayah taklukannya tersebut. Namun selain daerah Sinai & Jalur Gaza, wilayah-wilayah hasil taklukan Israel dalam Perang 6 Hari tetap dikuasai oleh Israel sehingga terus memicu sengketa hingga sekarang.

Kekalahan telak yang diderita oleh negara-negara Arab dalam Perang 6 Hari tidak membuat mereka kapok untuk kembali berkonflik dengan Israel. Sejak bulan Juli 1967 alias hanya sebulan sesudah Perang 6 Hari contohnya, Mesir & Yordania terlibat pertempuran kecil-kecilan dengan Israel yang dikenal sebagai "Perang Pengurangan" (War of Attrition) hingga tahun 1970. Tahun 1973, Mesir & Suriah juga kembali terlibat perang skala besar dengan Israel dalam perang yang populer dengan nama "Perang Yom Kippur". Sesudah Perang Yom Kippur, tidak ada lagi konflik antar negara yang melibatkan Israel, namun mereka tetap terlibat pertempuran dengan milisi-milisi Palestina & Lebanon hingga sekarang.

Ø  Yum Kippur

Perang Yom Kippur, dikenal juga dengan nama Perang Ramadan atau Perang Oktober adalah perang yang terjadi pada tanggal 6 - 26 Oktober 1973 antara negara Israel yang dikeroyok oleh koalisi negara-negara arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah. Perang ini selesai dengan kekalahan dan kehancuran total militer negara-negara arab.

Jalannya perang:

Pada tanggal 6 Oktober 1973, pada hari Yom Kippur, hari raya Yahudi yang paling besar, ketika orang-orang Israel sedang khusyuk merayakannya, yang juga bertepatan dengan bulan Ramadan bagi ummat Islam sehingga dinamakan "Perang Ramadan 1973", Suriah, Libya dan Mesir menyerbu Israel secara tiba-tiba. Di dataran tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang hanya berjumlah 180 tank harus berhadapan dengan 1400 tank Suriah. Sedangkan di terusan Suez, kurang dari 500 prajurit Israel berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir.

Mesir mengambil pelajaran pada Perang Enam Hari pada tahun 1967 tentang lemahnya pertahanan udara sehingga saat itu 3/4 kekuatan udara Mesir hancur total sementara Suriah masih dapat memberikan perlawanan. Sadar bahwa armada pesawat tempur Mesir masih banyak menggunakan teknologi lama dibandingkan Israel, Mesir akhirnya menerapkan strategi payung udara dengan menggunakan rudal dan meriam anti serangan udara bergerak yang jarak tembaknya dipadukan. Angkatan udara Israel akhirnya kewalahan bahkan banyak yang menjadi korban karena berusaha menembus "jaring-jaring" pertahanan udara itu.

Pada permulaan perang, Israel terpaksa menarik mundur pasukannya. Tetapi setelah memobilisasi tentara cadangan, mereka bisa memukul tentara invasi sampai jauh di Mesir dan Suriah. Israel berhasil "menjinakkan" payung udara Mesir yang ternyata lambat dalam mengiringi gerak maju pasukkannya, dengan langsung mengisi celah (gap) antara payung udara dengan pasukan yang sudah berada lebih jauh di depan. Akibatnya beberapa divisi Mesir terjebak bahkan kehabisan perbekalan. Sementara di front timur, Israel berhasil menahan serangan lapis baja Suriah.

Melihat Mesir mengalami kekalahan, Uni Soviet tidak tinggal diam. Melihat tindakan Uni Soviet, Amerika Serikat segera mempersiapkan kekuatannya. Kemudian, Raja Faisal bin Abdul Aziz dari Arab Saudi mengumumkan pembatasan produksi minyak. Krisis energi muncul dan negara negara industri kewalahan lantaran harga minyak dunia membumbung tinggi. Dua minggu setelah perang dimulai, Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi 339 serta gencatan senjata dan dengan ini mencegah kekalahan total Mesir.

Akhir Perang:

Israel :: Setelah perang berakhir, banyak terjadi protes di Israel sampai-sampai Perdana Menteri Golda Meir dan Menteri Pertahanan Moshe Dayan dari Partai Buruh serta Panglima Angkatan Bersenjata Israel, David Eliazar, harus mengundurkan diri.

Israel mengambil pelajaran secara teknologi dan strategi pasca Perang Yom Kippur tersebut. Secara teratur Israel memodernkan angkatan bersenjatanya baik dengan bantuan Amerika Serikat maupun swadaya. Insiden peledakkan pesawat sipil di bandar udara Lebanon yang dilakukan oleh agen Mossad pada akhir 1970-an sebagai pembalasan peristiwa "Black September", dimana atlet Olympiade Israel dibunuh oleh "gerilyawan PLO" di München, Jerman Barat, menyebabkan Perancis mengembargo persenjataan ke Israel. Karena khawatir Amerika Serikat melakukan hal yang sama. Israel berupaya keras melakukan upaya swasembada persenjataan. Diantaranya memproduksi pesawat tempur Mirage III tanpa izin yang dikenal dengan tipe Dagger yang digunakan Argentina dalam Perang Falkland, mengadakan riset pengacau radar dan gelombang radio, memproduksi pesawat tempur rancangan sendiri Kfir dan Lavi, serta memproduksi tank Merkava yang didesain berdasarkan pengalaman Israel mengoperasikan tank Amerika Serikat dan Inggris serta tank lawan yang rusak atau dirampas.

Kesiapan Israel ini terbukti dalam Invasi ke Lebanon Selatan pada tahun 1982 yang berhasil menduduki kawasan Lebanon Selatan serta menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Suriah dalam Insiden Lembah Beka'a

Mesir dan timur tengah :: Meskipun Mesir mengalami kalah perang lagi tetapi perang ini setidaknya bisa sedikit menghibur dan mengobati sedikit kehormatan dan rasa percaya diri mereka setelah kalah dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967. Mesir sempat berhasil memasuki wilayah israel walaupun akhirnya kalah dalam pertempuran berikutnya yang berakhir dengan kekalahan Mesir dan negara-negara Arab. Ketika tentara Israel mengundurkan diri dari Port Sa’id, penduduk Mesir dengan pawai dan arak-arakan besar-besaran serta pesta memasuki kota ini. Israel lalu mengundurkan diri dari seluruh daerah Sinai setelah Mesir sepakat akan membuat bufferzones.

Negara-negara Pro Arab tetap mengklaim Mesir dan dunia Arab sebagai pemenang dengan alasan di hari pertama perang, pasukan Arab berhasil menerobos garis pertahanan Israel yang minim penjagaan.

Posisi Palestina setelah perang Yom Kippur 1973 ini semakin tidak jelas. Terlebih setelah Yordania, negeri yang ditempati sebagian besar bangsa Palestina mengambil sikap netral akibat kekalahannya pada Perang Enam Hari 1967 yang menyebabkan Yordania kehilangan Tepi Barat dan Jerussalem Timur. Sikap Yordania ini, menyebabkan kemarahan dikalangan Palestina terutama dari PLO yang saat itu berkedudukan di sana. Karena PLO bertindak sebagai negara dalam negara di Yordania dan berencana untuk mengkudeta Raja Yordania maka untuk menghindari ketidakstabilan keamanan, Raja Hussein bin Talal akhirnya mengambil sikap represif dengan mengusir PLO dari negaranya. PLO akhirnya pindah ke Libanon dan Tunisia.

Syria sendiri mengalami kerugian yang cukup besar, namun akhirnya Suriah menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Israel namun tidak mengadakan perjanjian perdamaian, terutama sebelum wilayah Dataran Tinggi Golan dikembalikan oleh Israel dalam perang tahun 1967. Dataran tinggi Golan sendiri akhirnya ditetapkan secara sepihak oleh Israel dengan dukungan Amerika Serikat. Namun demikian, sikap Suriah terhadap Palestina yang kurang lebih sama dengan sikap Yordania menyebabkan terjadinya pergolakan-pergolakan terutama dengan kalangan fundamentalis Islam terutama yang berkedudukan di kota Hama. Pergolakan ini berlanjut ketika Hafez Al Assad mengambil tindakan represif semakin keras yang memuncak pada peristiwa pembantaian Hama di akhir dekade 1970-an.

Ø  Camp David(1979)

Perjanjian Perdamaian Camp David merupakan perjanjian yang diselenggarakan untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah yang ditandatangani tanggal 17 September 1978 di Gedung Putih Amerika Serikat antara Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin. Perjanjian ini mendapatkan namanya dari tempat peristirahatan milik para presiden AS, Camp David, di Frederick County, Maryland. Perjanjian ini juga melahirkan Perjanjian Damai Israel-Mesir pada tahun 1979. Perjanjian damai Camp David ini merupakan perundingan rahasia selama 13 hari yang diprakarsai oleh Presiden Amerika Serikat pada saat itu, Jimmy Carter. Perjanjian ini memiliki tiga komponen penting yaitu pengakuan Arab terhadap Israel dalam perdamaian, penarikan pasukan Israel dari wilayah-wilayah pendudukan yang diperoleh selama perang serta negara-negara Arab tidak akan mengamcam keamanan Israel dan tidak akan membagi-bagi Yerusalem kepada siapapun.

Perjanjian ini diletarbelakangi oleh perang 30 tahun antara Israel dan Mesir sejak berdirinya negara Israel tahun 1948. Akibat perang berkepanjangan yang dialaminya, Mesir menyadari bahwa masalah dengan Israel tidak dapat diselesaikan dengan pertempuran dan upaya diplomatik pun dimulai. Hal ini dilatarbelakangi juga oleh kerinduan masyarakat Timur Tengah untuk hidup damai sehingga kerja sama antar negara Timur Tengah dapat terwujud untuk mengelola sumber daya alam dan manusia yang mereka miliki bisa maksimal dari pada berperang yang hanya akan menyebabkan kerusakan. Inisiatif Presiden Mesir Anwar Sadat untuk mengunjungi Yerusalem dan disambut dengan baik oleh Parlemen, Pemerintah dan Rakyat Isreal yang mungkin juga menginginkan perdamaian. kunjungan tersebut kemudian dibalas oleh Perdana Menteri Israel, Mulailah Ismailia. Sambutan positif dari kedua negara ini menciptakan peluang perdamaian antara ke dua negara.

Perjanjian Damai David Camp ini terbagi menjadi tiga perjanjian, yaitu:

·         Perjanjian Perdamaian di Tepi Barat dan Gaza

Perjanjian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pertama berisis kerangka kerja dalam negosiasi dalam pembentukan otoritas pemerintahan sendiri otonom di Tepi Barat dan Jalur Gaza dalam melaksanakan SC 242 (Resolusi Dewan Keamanan PBB) dan prinsip-prinsip Keamanan PBB. Hal ini dilakukan untuk menjamin dan mengakui otonomi dan hak-hak sah rakyat Palestina dalam jangka waktu lima tahun. Pembicaraan ini melibatkan negara Israel, Mesir, Yordania dan Palestina yang dimulai dengan penarikan pasukan Israel dari Tepi Barat dan Gaza dan pemulihan otoritas pemerintahan di Palestina.

·         Perjanjian Damai Mesir dan Israel

Perjanjian ini menyangkut masa depan Semanjung Sinai yang selama ini dikuasai oleh Israel akibat menang perang melawan Mesir. Akibat perjanjian ini Israel menarik pasukannya dari Sinai, mengevaluasi 4.500 penduduk sipil dan mengembalikan Sinai kepada Mesir serta Israel juga mengembalikan ladang minyak Abu-Rudeis Mesir di barat Sinai, imbalan Israel bisa membangun hubungan diplomatik dengan Mesir, menjamin kebebasan lalu lintas melalui Terusan Suez. Dalam perjanjian ini juga melibatkan Amerika Serikat yang berkomitmen untuk memberikan beberapa miliar subsidi tahunan kepada Israel dan Mesir. Contohnya dari tahun 1979 sampai tahun 1997, Mesir menerima bantuan militer dari US $ 1,3 miliar per tahun, yang juga membantu memodernisasi militer Mesir. Mesir sekarang menerima persenjataan Amerika Serikat seperti Tank Abrams M1A1, AH-64 tempur Apache dan F-16 jet tempur. Sebagai perbandingan, Israel telah menerima $ 3 miliar per tahun sejak tahun 1985 dalam bentuk hibaj dan paket bantuan militer. Hal ini mungkin dilakukan oleh Amerika Serikat untuk mengamankan posisinya di Timur Tengah sehingga Amerika Serikat dianggap sebagai pihak yang memprakarsai perdamaian di Timur Tengah sehingga Timur Tengah berhutang budi kepadanya, Amerika Serikat sangat bergantung pada minyak di Timur Tengah. Selain itu hal ini juga dilakukan untuk mengamankan posisi sekutunya Israel di Timur Tengah.

·         Associated Principles

Meliputi pengakuan penuh antara Israel dengan tetangga-tetangganya yaitu Mesir, Yordania, Suriah dan Lebanon, penghapusan boikot ekonomi dan menjamin bahwa yurisdiksi masing-masing negara akan memberikan perlindungan terhadap warga asing dari negara –negara tadi.

Reaksi dari Dunia Internasional

Reaksi terhadap Perjanjian Camp David mengenai perdamaian yang terpisah antara Mesir dan Israel tidak ambigu atau sangat jelas. Perjanjian tersebut dilihat sebagai sinyal bahaya bahwa kebijakan luar negeri AS diarahkan dengan gaya NATO yang sangat kuat atau dengan menaruh kekuatan militer di Timur Tengah. Bahkan Syria dan Uni Soviet berkomentar secara langsung bahwa perjanjian tersebut bisa menimbulkan Perang Dunia III. Negara-negara lain juga menunjukkan ketidaksetujuannya.

Uni Soviet mengatakan bahwa perjanjian tersebut merupakan bentuk perwujudan politik imperialismenya Amerika Serikat ke Timur Tengah dan merupakan usaha untuk memutuskan persahabatan antara Uni Soviet dan dunia Arab. Syria lebih lanjut mengatakan bahwa perjanjian tersebut bisa meningkatkan ketegangan di dunia Arab dan jika terjadi perang maka hal itu akan mengarah menuju perang dunia III. Sementara dari pemerintahan Arab Saudi sendiri menganggap bahwa perjanjian tersebut mengkhianati umat muslim Palestina, yang berarti mengakui keberadaan Israel di Palestina, karena seharusnya Israel menarik diri dari Palestina seluruhnya. Sementara raja Husein dari Yordania menanggapi perjanjian tersebut dengan merasa terkhianati oleh AS yang sepertinya telah menyalahi atau menyakiti hati orang Arab.

Kesimpulan Perjanjian perdamaian Camp David ini hanya menguntungkan Negara Mesir, Israel, dan Amerika Serikat saja tanpa memedulikan nasib rakyat Palestina. Bahkan, perjanjian ini seolah-olah hanyalah pembagian kekuasaan diantara ketiga negara tersebut. Disini, Mesir secara jelas mengakui bahwa Israel merupakan sebuah negara. Pengakuan ini berakibat sangat fatal terhadap Palestina yang terus menerus diperkecil tanah airnya. Bahkan Palestina sendiri pun mengutuk adanya perjanjian ini. Bukan hanya itu, perjanjian ini pun menimbulkan rasa tidak percaya masyarakat muslim dunia terhadap bangsa Arab itu sendiri.


C.     HUBUNGAN INDONESIA DENGAN TIMUR TENGAH

Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, memiliki hubungan emosional yang tinggi dengan kawasan Timur Tengah yang notabanenya identik dengan Islam. Secara historis, Indonesia sudah lama sekali menjalin hubunan dengan kawasan Tim-Teng, akan tetapi akibat dari pasang surutnya hubungan kedua belah pihak, sehingga hasil diharapkan dapat dicapai dari apiknya hubungan ini, dirasa kurang maksimal. Hubungan antara Indonesia dengan kawasan Tim-Teng, sudah terjalin ratusan tahun yang lalu ketika Islam menyebarkan ajarannya ke seluruh pelosok Bumi yang banyak dilakukan oleh para pedagang muslim, baik mereka yang berbangsa Persia, Arab, maupun India (Gujarat).

Negara Mesir yang mayoritas penduduknya beragama Islam, adalah salah satu negara yang mempunyai hubungan erat dengan Indonesia. Secara historis, ketika Indonesia meyatakan kemerdekaanya pada 17 Agustus 2007, Mesir segera mengadakan sidang menteri luar negri dengan Negara-negara Liga Arab. Pada 18 November 1946 tepatnya, mereka menetapkan resolusi tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu, Abdurrahman Azzam Pasya, mengutus Konsul Jenderal Mesir yang berada di India, Mohammad Abdul Mun’im, untuk pergi ke Indonesia. Setelah sampai di Ibu Kota RI, Yogyakarta , dan diterima secara kenegaraan oleh Presiden Sukarno pada Sabtu 15 Maret 1947. Ini adalah pengakuan pertama atas kemerdekaan RI oleh negara asing.

Ø  Hubungan ekonomi Indonesia dengan Timur Tengah

Timur Tengah sebagai penghasil minyak terbesar di dunia dan negara kaya perlu dipertimbangkan oleh Indonesia. Apalagi ditengah harga minyak dunia yang semakin tinggi yang membuat negara-negara di kawasan ini semakin bertambah kaya. Dengan mengetuk hati sesama negara Islam, Indonesia perlu mengajak negara-negara di Timur tengah untuk membantu saudara-saudaranya yang kesusahan di Indonesia karena harga minyak yang terus naik. Kerjasama ekonomi dan ’rayuan diplomatis’ untuk menarik para investor kaya dari Timur Tengah untuk menanamkan modalnya di Indonesia perlu dilakukan pemerintah Indonesia.

Dalam hal ini pemerintah Indonesia perlu belajar dari pemerintah Singapura bagaimana negara ini sukses menarik para investor Timur Tengah untuk menanamkan modalnya di Singapura.

Singapura telah berhasil menarik para investor Timur Tengah dan berhasil mengadakan perjanjian lewat forum The Gulf Cooperation Council (GCC) dengan anggotanya yang terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia and the United Arab Emirates. Para diplomat Indonesia jangan malu untuk belajar dari keberhasilan negara jiran ini. Banyaknya warga Timur Tengah yang memerlukan tenaga kerja baik yang professional maupun tenaga kerja non-formal perlu dilihat oleh Indonesia. Indonesia harus bisa memainkan peranan diplomatisnya dalam meningkatkan bargain dalam bidang ketenagakerjaan dengan negara-negara di kawasan tersebut.

Indonesia harus mampu menyediakan tenaga kerja untuk bekerja di Timur Tengah, tidak hanya tenaga kerja non-formal seperti pembantu rumah tangga (maid) tetapi juga tenaga kerja professional seperti perawat, dokter, ahli teknik, dan yang lainnya.

Meningkatkan hubungan dalam bidang ekonomi nampaknya harus menjadi perhatian bagi para diplomat Indonesia. Jika hubungan ekonomi dengan negara-negara lainnya seperti Amerika, Jepang, Australia dan Singapura sudah begitu baik, nampaknya sudah waktunya bagi Indonesia untuk memberikan perhatian yang lebih intensive ke wilayah Timur Tengah untuk dijadikan mitra bisnis.

Ø  Dalam bidang agama, politik dan keamanan

Negara Mesir yang mayoritas penduduknya beragama Islam, adalah salah satu negara yang mempunyai hubungan erat dengan Indonesia. Secara historis, ketika Indonesia meyatakan kemerdekaanya pada 17 Agustus 2007, Mesir segera mengadakan sidang menteri luar negri dengan Negara-negara Liga Arab. Pada 18 November 1946 tepatnya, mereka menetapkan resolusi tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu, Abdurrahman Azzam Pasya, mengutus Konsul Jenderal Mesir yang berada di India, Mohammad Abdul Mun’im, untuk pergi ke Indonesia. Setelah sampai di Ibu Kota RI, Yogyakarta , dan diterima secara kenegaraan oleh Presiden Sukarno pada Sabtu 15 Maret 1947. Ini adalah pengakuan pertama atas kemerdekaan RI oleh negara asing.

Reputasi Indonesia di bidang percaturan politik internasional juga mempunyai posisi yang terhormat, misalnya ketika menjadi inisiator Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Indonesia, bersama India. Mesir dan Yugoslavia menajdi pelopor berdirinya Gerakan Non-Blok. Selain itu juga, potensi alam Indonesia yang kaya dengan bahan mentah dapat diolah menajdi komoditi perdagangan ke Tim–Teng, karena lebih dari 70 persen kebutuhan negara-negara tersebut dari impor.

Adam Malik dalam Buku Mengabdi Republik jilik III, hal 201, mengatakan bahwa bahwa sekalipun jarak antara Turki dan Indonesia agak berjauhan, tetapi hal ini bukan merupakan penghalang terhadap terlaksananya hubungan persaudaraan erat yang sudah terjalin pada abad ke-16 sewaktu satu pasukan tentara Turki mendarat di Aceh untuk membantu Sultan Aceh dalam usahanya mengusir tentang Portugis dari daerah Aceh, dan juga demi mempertahankan agama.

Apa yang sudah terjadi di masa lampau yang mengikat hubungan Turki dan Indonesia di bidang agama, kiranya bisa diteruskan pada saat sekarang ini demi tercapainya kerjasama erat di bidang ekonomi dan perdagangan yang bisa memberikan keuntungan timbal balik

Sementara itu, Paris El Khouri, Duta Besr Syria di PBB, dengan tegas membela Indonesia dalam perdebatan-perdebatan di Dewan Keamanan. Bahkan setiap perbedaan di Dewan Keamanan yang membicarakan sengketa Indonesia-Belanda, wakil-wakil negara Arab dengan gigih mendukung Indonesia. Semua mengakui Liga Arab dalam sidangnya tanggal 18 November 1946 sepakat mengakui Indonesia, dan Surat Keputusan disampaikan kepada Pemerintah RI melalui Konsel Jenderal Mesir di Bombay, Muhamad Abdul Muin. Dan pada tanggal 15 Maret 1947, Liga Arab memberi pengakuan de facto dan de jure terhadap Republik Indonesia, sekalipun waktu itu Muhamad Abdul Munim dihambat oleh Belanda.

Ø  Dalam bidang sosial budaya

Disamping orang-orang Arab yang datang dari Hadramaut dan Saudi Arabia, juga orang-orang Arab dari Marokko, Tunisia dan Mesir. Sementara itu orang-orang Parsi datang hampir bersamaan dengan kedatangan orang-orang Arab, sambil berdagang juga ikut melakukan dakwah Islam, sehingga dalam perkembangan agama Islam di Indonesia, juga dipengaruhi oleh kebudayaan Persia (Iran). Tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam, masih ada yang memperingatinya pada beberapa tempat di Indonesia. Dengan demikian pengaruh Syiah sebenarnya sudah sejak lama ada di tanah air kita. Sementara itu kedatangan orang-orang Turki tak dapat dilupakan, terutama bantuannya terhadap Aceh ketika Aceh mengusir pasukan Portugis.

Harapan di Masa Yang Akan Datang

Harapan ke depan, hubungan Indonesia harus lebih banyak digerakkan secara agresif, baik di dunia politik, kebudayaan, perdagangan, maupun pendidikan. Peluang itu masih sangat terbuka lebar. Secara ekonomi, kawasan Tim-Teng ini dihuni sekitar oleh 300 juta jiwa yang tergolong konsumtif. Misalnya, Uni Emirat Arab berpenduduk 3 juta jiwa mengimpor produk senilai 23 miliar dolar AS per tahun dan porsi Indonesia baru 3,2 persen. Yordania berpenduduk 4,1 juta jiwa mengimpor produk senilai 2,59 miliar dinar Yordan per tahun. Sementara Indonesia baru 38,42 juta dinar Yordan (1,48 persen) di bawah Malaysia yang memiliki pangsa pasar 2,92 persen. Arab Saudi pada tahun 1994 mengimpor barang seharga 23 miliar dolar AS dan Indonesia hanya dapat mengekspor ke Saudi 1,15 persen kebutuhannya. Sangat disayangkan sekali prestasi yang telah dicapai oleh Indonesia di bidang perdagangan dengan Tim-Teng. Sedangkan Indonesia tiap tahunnya memberikan devisa besar ke Saudi, dengan memberangkatkan beribu-ribu jama’ah haji. Keadaan seperti ini merupakan PR besar bagi pemerintah, dikarnakan Saudi bukan hanya pintu gerbang untuk barang-barang kebutuhan Arab Saudi, tetapi juga pintu untuk masuknya barang-barang ke wilayah Afrika.

Dalam bidang politik, sudah saatnya Indonesia mengambil inisiatif untuk memelopori kerja sama antara negara-negara Islam termasuk negara-negara Arab, di waktu negara-negara Arab dalam situasi tidak saling percaya pasca-Perang Teluk III. Romantisme sejarah Sukarno dan Abdul Nasser Mesir dapat ditengok sebagai referensi, bahwa kedua kawasan dapat menjalin hubungan positif. Pada sisi lain, Indonesia dan negara-negara Tim-Teng termasuk negara yang dicurigai sebagai sarang teroris oleh Barat, khususnya Amerika, sehinga menjadi objek tekanan dan permainan politik Barat. Oleh karena itu Indonesia perlu bekerja sama dengan negara kawasan Tim-Teng untuk bersama-sama membuat kesepakatan tentang makna terorisme, agar isu tersebut tidak dijadikan alat kolonialisme dan imperialisme modern.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SUMBER

§  Philip k.Hitti, history of the Arab, 2002,  serambi ilmu semesta, jakarta

§  http://nasional.kompas.com/read/2011/06/24/03280658/Hubungan.Setara.Indonesia-Timur.Tengah

§  http://fsqcairo.blogspot.com/2008/09/rekonstruksi-hubungan-indonesia-dengan.html

§  http://www.sinarharapan.co.id/berita/0605/15/opi01.html

§  http://www.coiradio.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1379:notorious-camp-david-accords&catid=104:articles&Itemid=819 tanggal 23 Oktober 2012

§  World Reaction: Camp David Could Lead to World War III. Executive Intelligence Review, Volume 6, number 13,  April 3st 1979. Hlm 26-27

§  http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/09/05/m9ux5o-iran-benahi-gerakan-nonblokIn "Ulasan Berita"

§  Forum Studi Syari'ah wal Qanun at 1:17 PM

 



[1] Philip k. Hitti, history of the arab, hlm: 916


Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKSPANSI KOLONIAL KELUAR JAWA (1850-1870)

makalah ilmu bebas nilai (filsafat ilmu)